"Ini yang menarik. Kalau awalnya dia menggebu-gebu dengan ramalannya, begitu mau dipolisikan, eh, ramalannya direvisi. Semula presiden turun dan diganti 2021, katanya maksudnya tahun 2024," jelas Sang Cucu.
  "Lho, kalau turun 2024 bukan ramalan itu, memang sesuai jadwal periode presiden sampai tahun 2024. Anak TK juga tahu itu, nggak usah Sang Peramal," kata Sang Kakek setengah kesal.
  "Itulah namanya manusia kek. Ketika menyampaikan pernyataannya, yakin sekali dengan ramalannya. Begitu diancam dipolisikan, eh terjadi revisi ramalan. Katanya media salah kutiplah dan berbagai alasan dan mencari kambing hitam," kata Sang Cucu.
  "Makanya kalau mau bicara, jilat dulu lidah baru bicara, jangan asal bunyi. Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna," kata Sang Kakek.
  "Betul sekali kek. Tapi menurut kaum oposisi, setiap orang mempunyai hak dan kebebasan berpendapat, jadi ramalan ini tidak perlu dipersoalkan," kata Sang Cucu.
  "Hak dan kebebasan berpendapat itu ada. Tapi tidak boleh mengganggu kebebasan orang lain, apalagi meresahkan masyarakat umum. Kebebasan yang kita anut di negara ini bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Keterbukaan bukan sampai telanjang bulat, semua ada batasnya," kata Sang Kakek.
  "Menurut mereka, kebebasan itu tidak bisa dikekang. Ini menyangkut Hak Asasi Manusia dan jaminan Konstitusi juga," kata Sang Cucu.
  "Itu menurut mereka, jadi semuanya bisa diuji secara hukum. Apakah kebebasan menyampaikan ramalan seperti itu tidak menyalahi hukum? Apakah isi ramalan ini tidak bisa dianggap sebagai provokasi dan mengadu domba masyarakat yang masih rentan dengan pro kontra dan isu yang sensitif ini?" kata Sang Kakek.
  "Mungkin itu yang disadari Sang Peramal makanya dia melakukan revisi terhadap ramalannya," kata Sang Cucu.
  "Baguslah kalau sudah direvisi. Semoga dia mengambil hikmah dari ramalannya ini. Jangan asal sembarang meramal dan menyampaikan ramalannya tanpa berpikir ulang apa yang menjadi akibatnya," kata Sang Kakek.
  "Makanya saya tidak mau jadi peramal, takut salah meramal atau salah menyampaikan ramalan, eh media salah kutip ramalan saya," kata Sang Cucu.