"Apa yang istimewanya? Namanya ramalan, bisa benar bisa tidak benar terjadi," kata Sang Kakek.
  "Itu betul. Tapi karena ini menyangkut isu yang seksi dan banyak yang menginginkan presiden jatuh dan ingin merebut kekuasaan, maka ramalan ini menjadi komoditi berita yang menarik dan menimbulkan pro kontra," jelas Sang Cucu.
  "Pro kontra, kontroversi, itu hal yang lumrah di Indonesia. Ngga ada berita pun bisa kontroversi, apalagi ada berita," kata Sang Kakek seenaknya.
  "Itu juga betul. Tapi karena isu ini merupakan santapan yang enak bagi para oposisi yang sudah tidak sabar ingin berkuasa, hal ini dimanfaatkan dan disambut dengan komentar yang antusias," kata Sang Cucu.
  "Lalu apa kata pendukung presiden?" tanya Sang Kakek.
  "Lho, kok pertanyaannya seperti tahu saja, apa yang mau dijelaskan lagi?" kata Sang Cucu dengan jenaka.
  "Ya tahulah. Sudah hafal tentang Indonesia. Selalu menunggu lawan dan akan melawan," kata Sang Kakek.
  "Para pendukung presiden mengancam akan melaporkan si peramal. Alasannya, ramalan ini bisa dianggap sebagai ujaran kebencian dan membuat masyarakat gaduh dan diadu domba," kata Sang Cucu.
  "Lalu apa kata oposisi pendukung pelengseran?" kata Sang kakek.
  "Mereka menyatakan sangat berbahaya kalau ramalan akan dipolisikan. Apa jadinya negara ini, meramal pun tak boleh. Itu kata mereka," jelas Sang Cucu.
  "Lalu apa kata Sang Peramal?" kata Sang Kakek.