"Mana tahu maksudnya juga begitu. Ribut disini dan mengatakan akan memburu dan menangkap buronan, agar buronannya sempat lari dulu," kata Sang Kakek.
  "Kalau begitu, nggak usah diomongin lagi soal buronannya, corona saja kita bicarakan. Soal buronan berarti gelaplah," kata Sang Cucu.
  "Itulah kalau buronannya orang berduit. Semua seakan bisa diaturnya dan bisa dibeli. Jadi kita yang repot. Keadilan menjadi semu. Orang mengeluh dan berucap, hukum hanya tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas," kata Sang Kakek.
  "Sudahlah kek, kita pikirkan kesehatan kitalah kita jaga agar tidak kena virus corona. Saling membantu sesama anggota masyarakat. Buronan mau seperti corona atau siluman, urusannyalah itu," kata Sang Cucu.
Buronan dan coronan seperti siluman. Datang dan pergi tak pernah ketahuan. Kenapa para jenderal gampang takluk ya? Kenapa kejaksaan dan imigrasi saling melempar tanggung jawab. Kapan hukum bisa tegak, jika para penegak hukumnya takluk kepada buronan yang memiliki uang, gumam Sang kakek.
Terima kasih dan salam.
Aldentua Siringoringo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H