Ketika acara makan siang, saya meminta izin kepada ketua rombongan dan pimpinan panti, agar saya bisa duduk satu meja dengan bapak itu. Karena ada aturan panti, tempat duduk para penghuni dan tamu dibedakan. Setelah mendapat izin, saya duduk disampingnya.
Kami bercerita dan saya bertanya kepada beliau.
  "Kenapa bapak masih ingat suaraku sudah dua puluh enam tahun yang lalu?" tanyaku masih penasaran.
  "Kami pak disini, sekali saja dengar suara orang, bisa kami ingat lama. Bapak dulu tinggal disini seminggu. Pagi dan malam kita sama-sama mengikuti saat teduh. Siangnya kita jalan keliling ke ladang areal pertanian dan peternakan," kata beliau.
  "Begitu ya," sahutku.
  "Dulu ketika rombongan bapak kesini, saya baru dua tahun masuk disini dan masih lajang. Saya kan menjadi pemandu rombongan bapak waktu itu. Dan tahu bapak, apa yang membuat saya ingat sekali dan tidak lupa?" tanyanya kepadaku.
  "Tidak pak," jawabku polos.
  "Ketika perpisahan rombongan bapak dulu, bapak selaku kepala rombongan memberikan hadiah kepada saya sebuah kaus. Kaus itu kupakai dan kurawat sampai lima belas tahun lamanya. Itu hadiah pertama dari pengunjung ke saya pada waktu itu," katanya seakan mengingatkan memoriku lagi.
  "Betul, sudah kuingat sekarang," jawabku menimpalinya.
Wow, luar biasa. Ternyata sebuah kaus untuk mereka bisa diingat dan dipakai selama lima belas tahun? Aku merenung. Terkadang kita banyak mendapat berkat, lupa bersyukur.
  "Sekarang saya sudah berkeluarga. Kami tinggal dalam satu rumah di areal pertanian. Kami sudah mandiri," katanya.