Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Refleksi Harkitnas, Terserah atau Bangkit?

20 Mei 2020   11:02 Diperbarui: 20 Mei 2020   11:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan mereka menjadi penggerak perjuangan dengan gaya baru ala pemuda. Bersatu dengan semangat persatuan Indonesia sebagaimana dikumandangkan Soempah Pemoeda dan lagu Indonesia Raya.

Apa siklusnya?

Kini kita sedang menghadapi pandemi Covid-19. Pahlawan kita adalah tenaga medis dan kesehatan. Paramedis dan dokter berjuang terus. Menjadi penyerang, gelandang dan penjaga gawang. 

Mereka harus berada di segala lini. Dan baru saja mereka berteriak dalam kesunyian, marah terpendam hati, kecewa tak terlukiskan, protes tak boleh demo, ingin menggugat seperti penggugat Kenaikan iuran BPJS, namun  tak bisa. Mereka hanya menyampaikan dalam satu pernyataan, #INDONESIATERSERAH.

Apakah terserah itu artinya menyerah? Terserah. Apakah terserah bisa berarti mereka sudah menyerah? Terserah. Suka-suka kalian saja, demikian pesan keras, namun disampaikan dengan lembut. Geger dan viral. Adakah bangsa ini sadar akan kekecewaan tersebut? 

Apakah para cebong, kampret, kadrun, buzzer, kaum nyinyir, petualang politik, calon pemimpin yang cari panggung, anak pemimpin masa lalu yang ingin berkuasa lagi, peduli dengan kekecewaan itu? Wallahualam. 

Mereka lebih mementingkan kepentingan diri dan ego partainya? Wallahualam juga. Lalu apakah paramedis dan dokter serta petugas kesehatan kita harus menyerah? Atau terserah?

Bisakah kita bayangkan bagaimana nasib perjuangan kemerdekaan kita, jika para dokter kita dan pemuda berpendidikan di STOVIA menyerah dan mengatakan terserah kepada bangsa ini pada tahun 1908? Jika mereka menyerah dan terserah, maka bangsa ini akan tetap terjajah. Bangsa yang terbelah dan pecah dengan berbagai ragam suku.

Gerakan kebangkitan nasional 1908 telah menyadarkan para pemuda Indonesia yang tergabung dalam berbagai komunitas kesukuan seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Sunda dan berbagai jong lain akhirnya sepakat dalam Kongres Pemuda kedua 26-28 Oktober 1928 melahirkan Jong Indonesia. Pekik merdeka melalui lagi Indonesia Raya dikumandangkan. Dan baru tujuh belas tahun kemudian Indonesia merdeka terwujud sebagaimana impian dalam lagu Indonesia Raya tersebut.

Indonesia Terserah kini mendapat gugatan dan tuntutan sejarah Kebangkitan Nasional yang kita rayakan hari ini. Tidak boleh menyerah dan tidak boleh ada kata terserah. Kita harus bangkit melawan penjajah baru Sang Covid-19. Kita tidak boleh menyerah, walau kekuatan bangsa ini sekarang terbelah dan pecah. Keadaan tahun 1908 dan 1928 sampai 1945 mungkin mirip juga dengan keterbelahan elemen bangsa seperti sekarang ini, walaupun tidak sama.

Semangat para pemuda dan mahasiswa kedokteran STOVIA kini mengingatkan kita untuk siaga dan sabar menghdapi penjajah dan para pemecah belah. Watak Belanda yang ingin memecah belah bangsa ini masih melekat di otak pemikiran sebagian elite kita. Masih memikirkan diri dan golongannya seperti jong kedaerahan dulu. Para pemuda sepakat membangun Jong Indonesia diatas jong kedaerahan. Kini tantangan kita adalah berjuang walaupun keterbelahan itu masih terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun