"Terima kasih nak. Tidak usah repot-repot. Kami sudah terbiasa kekurangan kok," kata pemulung. Hebat pemulung ini. Tidak mau merepotkan dan tidak langsung mengiyakan tawarannya. Luar biasa kemandiriannya.
  "Ok bu, kami permisi dulu ya, sehat selalu ya," kata kakek yang sedari tadi mendengar percakapan cucunya dengan pemulung.
Sang kakek dan cucu manggut-manggut dan masuk ke rumah. Setiba di rumah cucu bertanya kepada kakeknya.
  "Apa betul pemulung itu kebal sama penyakit dan virus corona atau covid-19 ini kek?" tanya cucu.
  "Kita tidak tahu, tapi jawaban ibu pemulung itu tadi apa adanya. Tapi bisa juga itu. Karena penyakit bisa muncul dari sampah dan lalat yang memindahkannya ke makanan kita atau rumah kita. Mereka berada di sumber penyakit itu. Sama-sama tiap hari, ya akhirnya bisa kebal juga," kata kakek.
  "Jangan-jangan ini salah satu keadilan dari Tuhan ya kek," kata cucu tiba-tiba.
  "Keadilan dari Tuhan? Apa maksudnya?" tanya kakek.
  "Kalau orang kecil seperti pemulung itu gampang sakit dan kena virus, bagaimana mereka mau hidup. Bagaimana mereka mau membayar rumah sakit? Kalau orang bekerja dan mempunyai uang sakit dan kena virus corona, mereka mempunyai uang untuk hidup. Kalau seperti ibu tadi akan susah hidupnya kalau sakit," kata cucu.
  "Ya, terkadang memang sulit kita memahami keadilan dan kebijakan Tuhan, namun kalau kita simak hidup kita dan sekeliling kita, itu bisa kita pahami. Benar juga sih," kata kakek.
  "Dan satu lagi kek. Pemberian kita lauk sederhana yang kita berikan minggu lalu itu, bagi kita biasa saja, tapi bagi mereka itu kemewahan dan pesta? Wow, hebat. Saya akan mengusulkan ke mama, supaya tiap minggu kita berikan lauk ke pemulung, supaya mereka pesta tiap minggu," kata cucu bersemangat.
  "Kan dibilang tadi nggak usah repot-repot, kenapa kau harus repot?" kata kakek.