"Bahannya kek. Kain dan benang serta pernak-perniknya. Dan kami tidak punya modal," jawab Norma.
  "Ok, coba buat rencananya, berapa biaya yang dibutuhkan. Berapa harga jual dan berapa modalnya. Coba buat sederhana. Kakek akan menghubungi keluarga kita supaya bisa mengumpulkan uang untuk kalian pakai sebagai modal. Tapi ingat ya, harus dikembalikan. Jadi serius dan bertanggung jawab," kata kakek.
  "Ya kek. Kami tidak akan lupa bahwa kami dibantu. Percayalah kek," kata Norma.
  "Saya percaya, makanya saya mau membantu. Dan saling membantu dalam kesulitan sekarang harus dilakukan. Tidak ada alasan untuk tidak saling membantu sebagai anggota keluarga." kata kakek
Usaha Norma ternyata cepat berkembang, karena masker kain buatannya rapi dan dibuat tambahan  pernik sederhana yang membuat menarik dengan warna-warni. Harganya murah walau kebutuhan masker sedang melambung tinggi.Â
Dari mulut ke mulut berkembang beritanya. Hampir semua satu kompleknya membeli masker dari mereka. Norma kewalahan karena ada pesanan dari tetangganya jumlah yang banyak mau dikirim ke rumah sakit di kampung halamannya yang kewalahan memasok masker. Norma memanggil tiga temannya yang sama-sama di PHK untuk membantunya. Mereka masing-masing mempunyai mesin jahit di rumahnya. Mereka kerja di rumah masing-masing. Namun ukuran bentuk dan hiasan masker sudah dibuat sama dan sedemikian rupa.
Norma bersyukur lalu menelepon kakeknya.
  "Terima kasih kek atas sarannya. Usaha membuat masker kain di rumah kami sudah berjalan baik," lapor Norma.
  "Oh, syukurlah Puji Tuhan," kata kakek.
  "Dan tiga temanku yang bersama-sama di PHK membantuku dengan menjahit di rumah masing-masing," kata Norma.
  "Wow hebat dong. Kalau begitu kakek bisa pesan banyak dulu?" tanya kakek.