Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Buruh Korban PHK akibat Covid-19

2 Mei 2020   07:01 Diperbarui: 2 Mei 2020   07:27 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah seorang cucu kakek, perempuan yang bernama Norma menangis di telepon mengadukan masalahnya ke kakeknya. Dia baru saja di PHK karena perusahaannya tutup. Tempat kerjanya hanya sebuah perusahaan konveksi yang memasok pakaian jahitan mereka ke Departemen Store yang tutup akibat dampak Covid-19. Anaknya baru berumur empat tahun, suaminya juga kena PHK.

   "Bagaimana ini kek? Dua-dua kami PHK. Perusahaan tutup. Anak kami masih kecil. Tak tahu lagi harus bagaimana ini," keluh Norma.

   "Ya. Banyak memang perusahaan yang tutup. Keadaan ini memang sulit. Tapi harus dihadapi," kata kakek menghibur.

   "Lalu bagaimana kek? Berikan saran dong," kata Norma.

   "Apa keahlianmu?" tanya kakek.

   "Menjahit kek. Perusahaan tempat kerjaku kan konveksi," jawab Norma.

   "Ok, kalau boleh cari usaha yang mungkin kamu lakukan dengan keahlianmu yang sangat dibutuhkan saat ini," kata kakek.

   "Masih bingung kek. Membayangkan anak minta susu sedangkan kami tidak mempunyai uang," jawab Norma.

   "Segera hentikan segala kebingunganmu. Kebingungan tidak pernah bisa menyelesaikan masalah. Malah menambah masalah. Karena kebingungan itu sudah menjadi masalah tersendiri," jelas kakek.

   "Belum ada terpikir kek," jawab Norma.

   "Kalau begitu coba diskusikan dengan suamimu, apa yang mungkin kalian lakukan menjawab tantangan hidup kalian akibat PHK ini," jawab kakek.

   "Saya tahunya hanya menjahit kek. Suamiku hanya supir. Tidak ada keterampilan lain," jawab Norma.

   "Ok, kalau begitu apa yang mungkin kau jahit yang dibutuhkan saat ini?" tanya kakek.

   "Pakaian mana laku kek. Keahlian saya menjahit pakaian perempuan," jawab Norma

   "Pakaian tidak laku. Bagaimana kalau kalian coba membuat apa yang dibutuhkan saat ini?" tanya kakek.

   "Belum ketemu apa yg bisa dikerjakan  kek," kata Norma kebingungan.

   "Coba diskusikan dengan suamimu ya. Sejam lagi kita bertelepon lagi," kata kakek.

Sejam kemudian mereka bertelepon lagi. Suasana sudah lain. Norma lebih yakin.

   "Setelah diskusi dengan suami, mungkin kami akan membuat usaha membuat masker kain di rumah kek," kata Norma.

   "Ada mesin jahitmu di rumah?" tanya kakek.

   "Ada kek."

   "Bagus. Lalu apa yang kurang?" tanya kakek.

   "Bahannya kek. Kain dan benang serta pernak-perniknya. Dan kami tidak punya modal," jawab Norma.

   "Ok, coba buat rencananya, berapa biaya yang dibutuhkan. Berapa harga jual dan berapa modalnya. Coba buat sederhana. Kakek akan menghubungi keluarga kita supaya bisa mengumpulkan uang untuk kalian pakai sebagai modal. Tapi ingat ya, harus dikembalikan. Jadi serius dan bertanggung jawab," kata kakek.

   "Ya kek. Kami tidak akan lupa bahwa kami dibantu. Percayalah kek," kata Norma.

   "Saya percaya, makanya saya mau membantu. Dan saling membantu dalam kesulitan sekarang harus dilakukan. Tidak ada alasan untuk tidak saling membantu sebagai anggota keluarga." kata kakek

Usaha Norma ternyata cepat berkembang, karena masker kain buatannya rapi dan dibuat tambahan  pernik sederhana yang membuat menarik dengan warna-warni. Harganya murah walau kebutuhan masker sedang melambung tinggi. 

Dari mulut ke mulut berkembang beritanya. Hampir semua satu kompleknya membeli masker dari mereka. Norma kewalahan karena ada pesanan dari tetangganya jumlah yang banyak mau dikirim ke rumah sakit di kampung halamannya yang kewalahan memasok masker. Norma memanggil tiga temannya yang sama-sama di PHK untuk membantunya. Mereka masing-masing mempunyai mesin jahit di rumahnya. Mereka kerja di rumah masing-masing. Namun ukuran bentuk dan hiasan masker sudah dibuat sama dan sedemikian rupa.

Norma bersyukur lalu menelepon kakeknya.

   "Terima kasih kek atas sarannya. Usaha membuat masker kain di rumah kami sudah berjalan baik," lapor Norma.

   "Oh, syukurlah Puji Tuhan," kata kakek.

   "Dan tiga temanku yang bersama-sama di PHK membantuku dengan menjahit di rumah masing-masing," kata Norma.

   "Wow hebat dong. Kalau begitu kakek bisa pesan banyak dulu?" tanya kakek.

   "Bisa kek," jawab Norma antusias.

   "Kampung kita sedang membutuhkan banyak masker. Ada tiga rumah sakit umum yang kekurangan  masker. Segera jahit ya. Jumlahnya nanti saya WA ya. Berapa harganya berikan. Dan kakek langsung berikan  uang mukanya. Komunitas Masyarakat asal kampung kita disini ingin menyumbang masker ini untuk tiga rumah sakit tersebut," kata kakek.

   "Segera kek. Saya bisa memanggil teman-teman lain lagi untuk membantu saya dan sekaligus saya membantu mereka untuk mendapatkan penghasilan," kata Norma.

   "Sangat baik. Sesama orang susah memang kadang lebih mudah membangun solidaritas daripada dengan orang yang berpunya, tapi tidak ada rasa kasih sesama. Lanjutkan," kata kakek.

   "Terima kasih banyak  kek. Kami merasakan Tuhan menolong kami melalui kakek. Menjadi teman diskusi mencari solusi, perhatian dan bantuan modal dari keluarga yang kakek kumpulkan sangat membantu kami. Semoga kakek sehat dan panjang umur ya kek. Biar ada teman diskusi dan yang menasehati kami." kata Norma.

   "Ya. semoga Tuhan mendengar doa kita semua ya. Baik-baiklah melakukan pekerjaannya. Setiap order adalah berkat. Itu kiriman Tuhan melalui orang. Jangan pernah mengecewakan yang memberi order ya," kata kakek menasehati.

   "Siap kek. Terima kasih kepada Tuhan dan terima kasih untuk kakek dan seluruh keluarga yang mengasihi dan membantu kami," kata Norma.

   "Hidup itu selalu berputar. Kalau sekarang kami membantumu, nanti suatu saat bisa kau yang membantu kami. Harus saling membantu. Sampai matipun kita harus saling membantu. Sebab tidak ada manusia yang bisa menguburkan dirinya sendiri,  harus dikerjakan oleh orang lain, terutama keluarganya. Makanya berkeluarga itu harus saling membantu dan saling mengasihi. Dalam suka dan duka. Jangan harta dan kekayaan membuat keluarga menjadi berjarak dan jauh. Semua hidup, harta dan apapun milik kita adalah titipan Tuhan, jadi harus dipakai untuk memuliakan Tuhan melalui uluran kasih dan membantu sesama, terutama keluarga," kata kakek.

   "Baik kek. Terima kasih. Salam dan doa kami kepada semua keluarga kita, khusus untuk yang mau berbagi membantu permodalan usaha masker kami," kata Norma.

   "Ok salam nanti disampaikan. Ok dulu ya," kata kakek mengakhiri percakapan per telepon itu.

Masalah bukan untuk diratapi, tapi harus dihadapi. Ketika seorang anggota keluarga mengalami masalah, biarlah yang lain ikut mendoakan dan membantu. Indahnya kasih terwujud dalam berbagi, yang berat menjadi ringan, yang hampir putus asa, menjadi berpengharapan, gumam kakek.

Selamat Hari buruh bagi korban PHK karena Covid-19.

Salam hangat

Aldentua Siringoringo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun