Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Inovator Transportasi Era Covid-19

25 April 2020   08:00 Diperbarui: 25 April 2020   08:04 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

   "Sekarang saya mau makan dulu karena sudah lapar. Habis makan baru ada penjelasan rinci kenapa saya menghilang setengah hari."kata cucu. Semua seakan berlomba melayaninya makan. Sang kakek juga menemaninya makan. Selesai makan semua berkumpul di ruang tamu. Tidak di meja makan. Harus menjaga jarak, apalagi cucu yang baru pulang dari luar rumah.

   "Sudah jangan banyak lagi alasan. Jelaskan sejelas-jelasnya kenapa kamu minggat tanpa izin dan pemberitahuan. Itu melanggar standar dan aturan di rumah ini."kata kakek.

   "Terima kasih kek. Pertama saya menyampaikan mohon maaf yang sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya dan setinggi-tingginya atas kesalahan saya pergi dari rumah tanpa izin dan pemberitahuan. Saya bukan minggat kek. Kami ada misi. Sengaja tidak minta izin, karena kalau minta izin pasti tidak akan diberikan. Jadi anggap saja hari ini cucu lagi kumat bandalnya."kata cucu.

   "Ok cepat jelaskan apa misi itu. Kalau itu tidak penting, maka kau harus dihukum."kata kakek.

   "Tidak baik mengancam kek. Sabar mendengar penjelasan saja. Dan penjelasan saya jangan dipotong sampai saya menyatakan selesai menjelaskan. Boleh kita sepakat?"Tanya cucu seakan menekan kakeknya.

   "Ya..ya..ya..!"kata kakek dan semua mengiyakan dengan menganggukkan kepala.

   "Jadi begini ceritanya. Setelah datang virus Covid-19 yang tidak tahu sopan santun dan tidak beradat ini, semua kita susah. Kita beruntung di rumah ini. Ayah dan ibu bisa WFH dari rumah. Gaji tetap jalan, pendapatan tidak berkurang. Makanan dan minuman tersedia. Kita bersyukur untuk itu kepada Tuhan. Tapi tidak semua bisa beruntung seperti itu. Salah satu dari keluarga kita,  Boni, salah satu cucu kakek yang sehari-hari Supir OJOL,  mengalami kesulitan. Dia berkeluh kesah di WA grup cucu. Kami kan masih banyak yang pelajar dan mahasiswa. Hanya beberapa yang sudah bekerja, namun belum mapan. Sebenarnya kami ingin minta tolong kepada kakek untuk menyampaikan kepada para anak dan puteri kakek. Tapi bang Boni keberatan menyusahkan para orang tua. Kalau bisa kita sendiri untuk apa menyusahkan orang tua, itu menurut bang Boni." kata cucu.

   "Apa salahnya minta tolong kepada kakek. Kita kan keluarga."kata kakek.

   "Sabar kek. Jangan dipotong penjelasan saya. Bang Boni melapor kepada bang Roni. Cucu paling besar kakek, cucu  panggoaran atau panggilan kakek. Bang Roni mengajak semua diskusi online dengan zoom. Semua berdiskusi lalu dihasilkan sebuah ide menjadi gagasan dan program. Misi Solidaritas Genk Cucu, itu namanya. Apa program konkritnya? Bang Boni menjual sepeda motornya dan membeli Bajaj. Bajaj direnovasi. Bajaj dibuat pembatas antara supir dan penumpang. Antar penumpang juga dibuat batas. dengan rangka baja ringan dan plastick tebal polos tembus pandang. Jaga jarak tetap terjaga, Namun penumpang boleh dua orang tapi ada pembatas dan tidak ada kontak. Pembatasan fisik terjaga, tapi perjalanan dan transportasi tersedia. Tidak perlu ada pemeriksaan KTP apakah sama alamatnya atau tidak. Karena tidak seperti di sepeda motor mereka berdempetan. Inovasi ketika kesulitan dan menjawab tantangan keadaan karena Covid-19. Masalahnya uang hasil penjualan sepeda motor kurang untuk membeli Bajaj dan memperbaikinya sesuai dengan standar WHO dan PSBB tentang pembatasan fisik."kata cucu.

   "Lalu bagaimana kalian menanggulangi biayanya?"kata kakek.

   "Sabar kek. Akan tiba penjelasan tentang itu. Bang Roni bertanya kepada kami semua. Siapa yang mau ikut menyumbang tanpa berharap kembali uangnya. Apakah ada uang jajan yang tidak terpakai, atau yang sudah bekerja bisa menyisihkan sedikit untuk membantu misi ini. Kami semua sepakat memberikan sisa uang jajan dan sedikit tabungan masing-masing. Akhirnya terjadilah program misi itu hanya berdasarkan pengumpulan di kalangan cucu. Kami tidak mempunyai banyak uang, hanya sisa uang jajan. Tapi bang Roni terus menghimbau kami. Katanya ingat pesan kakek. Kita semua keluarga. Harus kerjasama dan saling mendukung dalam sukacita apalagi dalam dukacita atau kesulitan hidup. Itu yang mengiang terus di telinga kami dan setiap hari di WA grup. Dan kemarin Angkutan Lingkungan berupa Bajaj hasil inovasi bang Boni dan Roni tersebut selesai. Kami sebut namanya AngLing MSGC."kata cucu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun