"Wah bisa hancur bangsa kita gegara virus ini ya kek?"Tanya cucu.
  "Bukan hanya bangsa kita, namun hampir seluruh bangsa di dunia terkena dampak. Perdagangan dan ekspor dan impor banyak yang berhenti. Lalu lintas barang dan orang terganggu. Semua berdampak. Makanya kita harus kompak menghentikan virus ini. Ada bangsa lain yang dalam tiga bulan bisa menghentikan virus ini. Tapi mereka memang disiplin dan  keras melakukan pembatasan sosial ini."jelas kakek.
  "Kenapa kita tidak tiru saja itu kek? Biar cepat selesai."kata cucu.
  "Disitulah kesulitan kita sebagai bangsa yang merdeka. Semua orang merasa merdeka dan bebas. Sudah dibuat ketentuan Pembatasan Sosial masih saja berkeliaran dan ngumpul. Kalau tegas pemerintah dituduh melanggar HAM dan kebebasan. Kalau lembek dianggap pemerintah gagal menangani virus ini. Serba salah."kata kakek.
  "Kenapa bisa begitu?"Tanya cucu.
  "Banyak orang sekarang ini merasa paling pintar, susah diatur. Merasa paling benar lalu memvonis orang lain salah. Salah kaprah. Ribut di Media sosial. Buat hoaks seakan benar. Lalu ramai-ramai menyebarkan hoaks tanpa disaring lebih dulu."kata kakek.
  "Jadi harus bagaimana kek?"
  "Jangan mudah tergoda dengan satu berita. Cek dulu. Saring dulu baru sharing. Jangan main bagikan dan sebarkan tanpa proses penyaringan."
  "Pakai saringan seperti di dapur menyaring kelapa ya kek? Atau saringan kopi?"Tanya cucunya.
  "Ya seperti itulah. Pintar kamu."
  "Ya pintarlah, siapa dulu kakeknya."goda cucunya.