"Makanya kita harus sadar dan lihat kenyataannya. Memang kita jadi terisolasi. Kita makhluk sosial yang serba tergantung dengan orang lain, berinteraksi dengan orang lain dalam kegiatan sosial harus berhenti dan mengikuti pembatasan sosial. Biasa ke pesta, salaman, cipika-cipiki, berpelukan dan segala bentuk interaksi sosial harus berhenti. Rusak tatanan sosial kita dibuat Covid 19 ini. Tapi inilah tantangannya. Harus kita hadapi. Dan kita harus mengalahkan Covid 19 ini. Suka tidak suka, siap tidak siap."jelas kakek.
  "Tapi sampai kapan kek?" Tanya cucu tak sabar.
  "Sampai Covid 19 ini lenyap. Dan kita tidak tahu kapan lenyap. Tapi kalau kita tidak patuh terhadap PSBB ini, Covid 19 bukan saja tidak lenyap bahkan akan semakin merajalela."jawab kakek.
  "Aduh Covid 19 ini nggak punya perasaan ya kek. Nggak ada rasa kasihannya. Semua susah dibuatnya."keluh cucu.
  "Namanya virus mana ada perasaannya. Yang jahat adalah yang membuat virus ini. Dia paham betul bagaimana merusak tatanan sosial, paguyuban dan komunitas serta kultur manusia yang selalu kuat dengan interaksi sosial."kata kakek.
  "Siapa yang membuat virus ini kek?" Tanya cucu.
  "Kita tidak tahu. Bisa saja ini akibat kesalahan dalam penelitian, namun bisa juga diciptakan sebagai senjata pemusnah massal yang gagal atau berbagai kemungkinanlah."kata kakek.
  "Kalau ini dibuat sengaja, wah jahat sekali orangnya ya kek?"tanya cucu.
  "Dalam perang masa depan, senjata tidak lagi dengan bom atom atau nuklir atau rudal. Itu terlalu mahal. Trennya adalah senjata kimia pemusnah massal. Jadi diciptakan semacam senjata kimiawi, bisa dalam bentuk bakteri atau virus yang disebarkan ke negara musuh dan akhirnya negara musuh akan mengalami kematian massal akibat virus atau bakteri tersebut."jelas kakek.
  "Jadi virus Covid 19 ini juga seperti itu kek? Diciptakan untuk membunuh massal?"Tanya cucu.
  "Bisa jadi. Tapi tidak ada yang mengaku kan. Jadi sulit kita berspekulasi. Tapi lihat jumlah korban meninggal yang setiap hari bertambah. Luar biasa. Dan sebenarnya bukan hanya nyawa orang yang dibunuhnya. Ekonomi juga dibunuh. Lapangan pekerjaan juga karena akan terjadi PHK massal dan semua kegiatan lumpuh, termasuk kegiatan keagamaan."jelas kakek.