Mereka tampak terjebak dalam paham bahwa “citra” hanyalah slogan, padahal citra lebih dari sekadar tampilan luar; ia adalah reputasi yang konsisten dibangun dan dijaga dengan strategi komunikasi yang matang.
Pentingnya Pemahaman Manajemen Krisis
Kebingungan mereka dalam manajemen krisis juga patut dipertanyakan. Sering saya jumpai mahasiswa yang bahkan belum menyadari pentingnya perencanaan matang dalam menghadapi krisis. Dalam bukunya Crisis Management and Communications, W. Timothy Coombs menyatakan bahwa “krisis tidak bisa dihindari, namun dampaknya bisa diminimalisasi melalui persiapan.”
Jika mahasiswa Humas tidak memahami hal ini, bagaimana mungkin mereka bisa diharapkan untuk menangani situasi kritis yang memerlukan respons cepat dan terukur?
Manajemen krisis adalah tentang persiapan, respons, dan pemulihan, yang semuanya harus dikelola dengan teliti agar reputasi tetap terjaga. Krisis bukan hanya masalah teknis; ia adalah masalah reputasi. Dan jika mahasiswa tidak bisa mengaitkan teori dengan penerapannya dalam situasi nyata, maka mereka tidak hanya gagal sebagai praktisi Humas, tetapi juga sebagai profesional yang diharapkan bisa menjadi wajah representatif sebuah organisasi di mata publik.
Pentingnya Membangun Identitas dan Image
Lebih menyedihkan lagi adalah ketika mereka tidak bisa memahami esensi identity building dan perbedaan antara identitas dan citra. Sebuah identitas adalah cerminan dari values dan misi yang dipegang oleh perusahaan atau organisasi.
Tanpa pemahaman yang mendalam mengenai identitas, mereka akan sulit membangun image yang sejalan dengan nilai-nilai inti yang ingin disampaikan. Identitas bukan hanya sekadar logo atau slogan, melainkan juga bagaimana organisasi itu dikenal dan diingat.
Para mahasiswa Humas harus memahami, seperti yang diungkapkan oleh Dowling (2001) dalam Creating Corporate Reputations, bahwa “identity is what the organization believes it is, while image is how the organization is perceived by others.” Tanpa pemahaman akan konsep identitas ini, segala upaya membangun citra hanyalah upaya kosmetik tanpa pondasi.
Membangun Kompetensi Humas yang Kuat
Sebagai calon praktisi Humas, kita perlu bertanya, apakah sistem pendidikan yang ada sudah cukup membantu mahasiswa Humas memahami peran dan tugas mereka dalam menciptakan serta menjaga citra? Apakah mereka mendapatkan cukup latihan dan studi kasus nyata yang dapat membantu mereka mempraktikkan teori di kehidupan nyata?