Namanya Vira. Gadis berjilbab berkulit putih bermuka bulat seperti bulan purnama. Jika melihatnya tersenyum maka akan meneduhkan segala gundah gulana. Maka tak heran banyak cowok-cowok di sekolah ini mengejar hatinya. Termasuk Aku. hehe. Sepertinya belum ada yang berhasil, soalnya belum ada terlihat yang bisa memboncengnya. Vira masih naik motor sendiri, sesekali dengan teman perempuannya. Tak nampak sekalipun dia berbonceng dengan laki-laki. Ayo, Siapakah yang akan mendapatkan hatinya? Cewek mahal idaman semua cowok.Â
Roben, kawanku yang sekelas dengan Vira tiba-tiba chat. Dia melihat Vira sedang di kelas sendirian. Sepertinya sedang mengerjakan laporan praktek kerja lapangan. "Bro, Vira sendirian tuh. Berani nggak lu...bawa jajanan apa kek...temani dia." Kata Roben yang memang aku tugasi mematai Vira. Siapa saja yang mendekati Vira, kusuruh catat semua. haha. Dari dia kutahu bahwa ada Teguh, Rian, Riko dan yang paling berat sainganku adalah Firman si Ketua OSIS yang tinggi ganteng itupun ikut-ikutan dekatin Vira. Bangsat memang! Tapi aku tak boleh menyerah. "Oke aku ke kelasmu!" menjawab chat Roben.Â
"Hai, Vira..sendiran?"sapaku, sambil duduk memutar kursi didepan mejanya. Vira tersenyum. "Tadinya iya...tapi sekarang nggak. Ada yang temani" Jawab Vira. "waduh..siapa? Tak enak nih...kemana dia." Tanyaku. "Anjirr...sudah ada yang duluan temani Vira rupanya" bisik hatiku. Roben sialan tak kasih informasi lengkap. Ngerjain aku dia. Awas kau roben. Aku jadi salting. Â Vira tertawa lepas.Â
"kamulah..." katanya. "Kan kamu yang ada disini. tak ada yang lain. " Kata Vira lagi. Aku terasa terbang. Senang banget dengan jawaban Vira. "Ohhh..kirain" Jawabku sembari ikut tertawa. "Mau jajan apa...nitip nggak...aku mau ke kantin." Tanyaku.Â
"Ndak usah. Dah kenyang." Jawab Vira. Vira selalu begitu. Aku serba salah. Â "Sebentar, ya. Aku ke kantin."Â
Vira mengangguk sembari tersenyum , tangannya tak berhenti mengetik di laptopnya. Aku segera berlari kekantin. Aku membeli beberapa jajanan dan minuman dingin. Demi cinta apapun akan kubuat. Aku bergegas kembali ke kelas Vira. Tanpa peduli teman-temanku yang teriak mengajak gabung main futsal.Â
Tiba didepan pintu kelas Vira. Aku tertegun. Si Firman si ketua OSIS sialan itu sudah ada disana bersama Vira, duduk disamping Vira pula itu, sedang membantu merapikan ketikan di laptop Vira sepertinya. Karena Firman anak TKJ. Hatiku hancur. Rasanya mau balik, tapi tak enak dengan Vira karena tadinya pamit kekantin dan nawarin Vira jajanan. Dalam suasana kikuk begitu. Aku terkejut.Â
"Hai, Ki! ngapain bengong di pintu, ayuh sini. Kebetulan nih...ada Firman yang bantuin rapikan ketikan aku" Vira memanggilku.Â
Dengan langkah gontai aku mendekati mereka dan menawarkan jajanan yang aku beli kepada mereka. "Yok dimakan.." kataku.Â
"banyak betul belinya....pesta nih kita.." Kata Vira. Firman tersenyum dingin. Sepertinya dia tidak suka dengan kehadiranku. Roben temanku pun tiba dan ikut bergabung. Tangannya mengambil jajanan yang aku beli tanpa permisi. Dia memang begitu. Suasana tak lagi seperti ekspetasiku bisa berduaan temani Vira. Ambyar dah.....Akhirnya aku dan Roben duduk di depan Vira memperhatikan Firman bekerja. Firman pun sepertinya terganggu. Mampuslah..bisik hatiku. Sama kita.Â
***
Segala macam cara sudah kucuba mendekati Vira. Vira selalu menolak halus dan selalu jawabannya kita berteman saja. Alasanya selalu tidak boleh pacaran oleh ayah ibunya. tapi aku tidak akan menyerah. Toh yang lain kuliat juga belum pada menyerah mendekati Vira. Â
Empat bulan lagi kami akan menyelesaikan pendidikan kami di SMK ini. waktu terasa begitu cepat. Artinya waktuku tinggal segitu untuk mendapatkan hati Vira. Aku penasaran. Karena aku sendiri berencana melanjutkan pendidikan kuliah disalah satu kampus di jawa. Aku tidak tahu rencana Vira setelah tamat SMK ini. Aku sih berharap dia mau kuajak kuliah bersama ku ke Jawa. Jadi aku punya waktu tak berbatas untuk mendapatkan hatinya. begitu hayalku. hehe. Â Aku berniat bertanya hal ini ke Vira.Â
Diwaktu istirahat aku samperin Vira yang sedang duduk diperpustakaan sekolah bersama teman-temannya. Aku pun gabung bersama mereka. setelah sedikit berbasa-basi, aku pun mengajukan pertanyaan kepada mereka. "hai, kalian setelah tamat sekolah pada mau kemana rencananya?"
Si Rini menjawab mau cari kerja. Sedang si Dewi mau kuliah dikampus di kota ini saja. lalu si Wati rencanya mau kawin saja, yang membuat kami semua tertawa. Sedang Vira belum memberi jawaban masih tersenyum-senyum dengan jawaban Wati. "Nah, Vira apa rencananya....?" Tanyaku.Â
"Riki dululah..." jawab Vira. Aku mengela nafas dan menjawab. "Aku si...rencana mau ujudkan cita-cita wati jadi suaminya saja," jawabku bercanda sembari memperhatikan wajah Vira siapa tahu dia cemburu dengan jawabanku. Sialan. Si Vira malah tertawa ngakak. Wati menimpuk mukaku dengan koran yang dibacanya. "Uuuu..Tak sudi aku!" Jawab Wati. Semua kembali tertawa ngakak.Â
"Ayolah Vir...giliran kamu apa rencananya..?" Â Tanyaku.Â
"Vira sii...kayaknya mau bekerja dulu deh...kuliahnya sambil kerja aja" Jawab Vira.Â
"Tak pengen kuliah ke Jawa, Vir...?" Tanyaku. "Kamu kan pinter, aktif lagi. Kamu cocoknya ambil ilmu komunikasi, kamu kan selalu jadi MC setiap acara di sekolah kita" Aku mencoba memberi saran.Â
Vira tersenyum. "Maunya sih ..tapi kayaknya dikota ini saja dehh." Jawab Vira. Hatiku hampa. Artinya empat bulan ini lah waktuku tersisa.Â
***
Sebulan sudah berlalu, belum ada tanda-tanda Vira akan menerima cintaku. Malah isu yang kudengar Vira pernah dilihat temanku jalan ma Firman. Aku cemburu. Sepertinya harus aku akhiri perjuanganku. Kalau memang Firman pemenangnya ya sudahlah. Aku akan segera menuntaskan masalah percintaan ini. Aku akan mencoba mengkonfrimasi ke Vira. Aku akan datang memberanikan diri kerumah Vira malam minggu tanpa memberitahunya, aku mau lihat siapa yang juga datang kerumahnya malam minggu. Jika benar itu Firman atau siapapun itu. Selesai.Â
Malam minggupun datang.Selepas Isya, aku memacu motorku membelah malam. Aku berhenti didepan rumah bercat putih. Aku menunggu sebentar di seberang, memperhatikan apakah ada yang datang. sepuluh menit aku menunggu tak ada yang datang. Rumah Vira juga nampak sepi.Â
Aku memberanikan diri, mengetuk pintu rumah Vira. "Assalamualaikum"
Tidak ada jawaban. Aku mencoba lagi. Juga tidak ada jawaban. Aku duduk di atas motorku. Kucoba WA Vira. Centang satu. Kemana Vira? bisik hatiku. Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. Aku terkejut.Â
"Hi, Ki. Ngapain kamu ada disini?" Tanya Firman.Â
Bangsat. Benar rupanya. Bisik hatiku. "eh,..nggak..tadi lewat..lalu mampir...Sepertinya Vira tidak ada di rumah, sudah beberapa kali salam tak ada yang nyahut..ini mau balek pulang ..kamu sendiri ? tanyaku.Â
"Ooh...Vira hari ini tunangan. Saya membantunya, ini mau jemput barang yang tertinggal."
"Tunangan??? Vira kan masih sekolah? " Aku bertanya heran.Â
"ssst...ini rahasia. Aku keceplosan. Ya sudah aku cerita aja...tapi kamu simpan rahasia ini ya. Ayah Vira rupanya ada perjanjian dengan kawan karibnya akan menjodohkan anak mereka. Nah, Kawan karib ayah Vira itu sedang sakit keras, jadi permintaanya dia ingin melihat anaknya menikahi Vira, tapi karena Vira masih sekolah akhirnya disepakati tunangan saja."
Aku mengangguk-angguk. Ada mendung dimataku.Â
"Ikhlaskan aja bro...aku aja ikhlas. Kita sama-sama mengejar cinta Vira kan. Tapi, begitulah takdirnya. Aku ini teman Vira sejak kecil, aku sudah mengincarnya dari SMP malah. haha. tak juga dapat bro.., malah aku pula yang menghadiri pertunagannya. Sakit, sii...tapi harus ikhlas. Itulah cinta sejati. Calon suaminya bagus kok, Seorang Magister bekerja di Industri perminyakan, gajinya gede...tampan, muda dan sholeh pula. Kalah kita bro. Nasib kita aja belum jelas. haha..." Firman menepuk-nepuk pundakku. Kami tertawa bersama.Â
Ya. Semua sudah tertulis di Lahus Mahfuz, termasuk Cinta. Kita semua sedang meniti jalan cinta tanpa tahu bagaimana ujungnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H