Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fanatik Cinta

4 Februari 2023   01:03 Diperbarui: 7 November 2023   20:44 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bunuh cintamu itu. Sebelum cinta itu membunuhmu.'' (Anonim)

Anak SMK tidak kekurangan cewek sebenarnya. Banyak juga yang cantik dan menarik. Tapi entah kenapa hati Kevin tidak bisa lepas dari cewek SMA sebelah yang baru saja dikenalnya. Cewek itu selalu hadir dalam benaknya.  Sore ini, sepulang latihan Karate Kevin sudah punya rencana. Rindu ini tak tertahankan. 

"Assalamualaikum, Tante. Maaf, Reina ada"  Tanya Kevin dengan sedikit canggung berhadapan dengan wanita yang membukakan pintu rumah Reina. Entah ibu atau atau kakaknya Kevin tidak tahu.

"Oh, ada. Sebentar ya...Reinaaaa. Ada tamu...." Teriak wanita tersebut.

Reina datang dengan setelan tanktop dan celana jeans pendek . Kevin terdiam sesaat. Reina nampak lebih cantik daripada pakaian sekolah yang diliatnya sehari-hari. " Hei, kamu rupanya. Ada apa?" Tanya Reina dengan senyum manisnya.

"Nggak ada. Cuman pengen ketemu saja! Sudah tiga hari tak kuliat kamu sepulang sekolah" haha...gila kan aku!" Jawab Kevin sekenanya. Boleh duduk nggak nih!" Tanya kevin langsung duduk di bangku teras Reina tanpa menunggu izin dari Reina. 

"Ish,ya bolehlah. Tapi tahu dimana rumahku. Trus berani bener kamu datang sendiri. Mentang anak karate, ya...haha"  Jawab Reina.

"Habis, kamu bikin saya tidak tidur. Teringat kamu terus habis perkenalan kemaren. Hahaha...." Jawab Kevin sekenanya. Memang diketahui Kevin adalah anak yang nekad dan kekonyolannya pun tak ada obatnya. Juga terkenal perayu ulung, tapi sayang bila ceweknya yang dirayunya sudah klepek-klepek akan ditinggalkannya. Begitu hobinya sejak dulu. Tapi kali ini beda! " Ohya kamu sakitkah?" Tanya Kevin lagi. 

"Dikit. Udah sembuh nih!" Jawab Reina. 

" Oh ya sudah...aku pulang ya. Kangen ku dah lepas. Daag..nanti habis isya aku chat di WA ya..kalo kamu tak keberatan...bye..." Kevin lalu pergi begitu saja.

"Hei, begitu saja. Hahaha. Anak Edan! ...Okedeh..bye!" Reina tersenyum manis. 

Tingkah Kevin bikin Reina deg-deg swerr... Beda dengan Cowok lainnya Reina memang banyak teman cowok. Pacarnya pun sering gonta-ganti. Reina paling suka mengatur dan membuat cowok harus tunduk pada keinginannya. Tapi, yang ini sepertinya agak lain. Reina tertantang!

Demikianlah. Setelah itu Kevin dan Reina akhirnya resmi pacaran. Kemana-mana mereka selalu nampak sama-sama.  Kevin selalu jemput Reina dan mengantarnya ke sekolah. Keluarga Reina pun dah dekat dengan Kevin. Kapan pun Kevin membawa Reina selalu diizinkan.

Suatu ketika, cobaan pun menghampiri hubungan mereka...

Reina nampak murung dan seperti habis menangis. "Vin, sebel deh. Apakah salah Reina. Ini hidup Reina. Kenapa orang-orang pada menghakimi!"

"Kenapa Reina.Ceritakan sama Kevin."

"Itu teman-teman sekelas Reina. Pada menuduh Reina Cewek gampangan. Sering gonta-ganti Pacar. Open BO...lon..ahhh....sebel!"

"Waduh. Siapa mereka. Bilang ma Kevin!"

"Deni dkk....mereka sering ngejek Reina. Tapi, ya sudahlah, Vin. Mungkin karena penampilan Reina seperti ini. Trus Reina juga kan tinggal ma Tante. Jadi sering keluar rumah karena tak betah dirumah. keluarga Reina berantakan Vin...mama papa yang cerai. tapi, kan tak semua anak broken home ...gampangan kan Hik...hik..." Reina menangis.

Kevin terdiam tidak tahu mau ngapain. Selain memberikan pelukan dan menepuk-pundak Reina. " Sudahlah Reina. Jangan diambil hati. " Bisik Kevin. 

Sejak itu Kevin susah bertemu Reina. WA di privasi. Kevin tidak tahu lagi apakah Reina online atau tidak. Chat pun tidak dibalas. Pergi le rumahnya selalu tidak ada. Tantenya pun tidak tahu kemana Reina pergi.  

Ini karena Deni. Saatnya buat perhitungan. 

***

"Hei, Deni. Kamu kenal Aku kan?!  Kevin samperin Deni di Kantin depan sekolahnya. 

" Ya. Kenal lah. Kamu temannya Vino kan. Kamu anak SMK kan?

"Ya. Oh..kamu kenal Vino. Okelah, sip. Saya ada perlu, sore besok jumpa di lapangan Bola Taruna ya. Pukul  4.00 sore sepulang sekolah.

Kevin pun cabut.  Membiarkan Deni kebingungan. 

Lapangan Taruna. Pukul 4.00 Sore

Deni, Vino dan teman-temannya sudah menungggu di lapangan Taruna. Tak lama rombongan Kevin dan kawan-kawannya pun datang.

" Hei, langsung saja. Deni, apa maksudmu bilang Reina cewek gampangan! Kamu tau kan aku cowoknya. Lu hina dia, sama hina aku juga! Kalo lo berani ayo kita satu lawan satu! Disini!" Teriak Kevin. 

"Yach, cuman bercanda aja kok bro. Tak perlu berkelahi kita bro...maaf dah!" Deni ulurkan tangannya.

Tangan Deni ditepis Kevin.

Melihat itu Vino mencegah keduanya berkelahi. " Sudahlah Kevin, engko kawan aku sejak SMP, ini Deni juga kawan aku. Tak usahlah sampai berkelahi karena cewek.  Lemah kali nko ini"

"diam nko Vino, ini tak ada urusan sama nko!

"Kevin, jangan gitu lah, ini urusan aku juga, karena Deni teman aku. Kalo nko nak berkelahi sama aku aja. Sepadan kita. Sabuk hitam kan nko! Yok lah ....main kita." Kata Vino meremas krah baju Kevin. 

Kevin yang panas. Mendorong Vino kuat sehingga tangannya di kerah bajunya lepas. Vino pun emosi langsung melayangkan pukulan kemuka Kevin. Kevin mengelak dan segera memeting Vino. 

Kevin mengangkat tubuh Vino dan menghantamnya ke tanah.

Vino terkapar. Menggelepar. Diam. 

***

8 tahun kemudian ...

Kevin duduk disamping pusara vino. Meremas batu nisan yang mulai berlumut. "Maafkan aku Vin, karenaku kamu mati. Aku tak bisa membayangkan rasanya kehilangan. Aku tak mampu untuk bersimpuh didepan ayah dan ibumu. Meminta maaf atas salahku yg tak termaafkan. Tenanglah disana Vin. Tenanglah. Tunggu aku, kan selesaikan urusan duniaku yg tak lagi berbentuk ini."

Kevin melangkah gontai. Menaiki motornya. Tidak tahu harus ngapain lagi setelah ini. Sekolah sudah tak bisa lagi. Status mantan pembunuh dan narapidana menutup pintu kesempatan untuk melanjutkan pendidikan apalagi lapangan kerja.

Reina, wanita yang sangat dicintainya yang dia bela 8 tahun lalu sehingga harus membunuh teman SMP nya sudah pergi menikah dengan laki-laki lain.

Hampa. 

Janganlah tergelincir oleh emosi sesaat. Sebab sekali tergelincir, tidak bisa bangkit lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun