"diam nko Vino, ini tak ada urusan sama nko!
"Kevin, jangan gitu lah, ini urusan aku juga, karena Deni teman aku. Kalo nko nak berkelahi sama aku aja. Sepadan kita. Sabuk hitam kan nko! Yok lah ....main kita." Kata Vino meremas krah baju Kevin.Â
Kevin yang panas. Mendorong Vino kuat sehingga tangannya di kerah bajunya lepas. Vino pun emosi langsung melayangkan pukulan kemuka Kevin. Kevin mengelak dan segera memeting Vino.Â
Kevin mengangkat tubuh Vino dan menghantamnya ke tanah.
Vino terkapar. Menggelepar. Diam.Â
***
8 tahun kemudian ...
Kevin duduk disamping pusara vino. Meremas batu nisan yang mulai berlumut. "Maafkan aku Vin, karenaku kamu mati. Aku tak bisa membayangkan rasanya kehilangan. Aku tak mampu untuk bersimpuh didepan ayah dan ibumu. Meminta maaf atas salahku yg tak termaafkan. Tenanglah disana Vin. Tenanglah. Tunggu aku, kan selesaikan urusan duniaku yg tak lagi berbentuk ini."
Kevin melangkah gontai. Menaiki motornya. Tidak tahu harus ngapain lagi setelah ini. Sekolah sudah tak bisa lagi. Status mantan pembunuh dan narapidana menutup pintu kesempatan untuk melanjutkan pendidikan apalagi lapangan kerja.
Reina, wanita yang sangat dicintainya yang dia bela 8 tahun lalu sehingga harus membunuh teman SMP nya sudah pergi menikah dengan laki-laki lain.
Hampa.Â