"Ana, Alang sayang kamu!" kataku dengan segenap keberanian menatap matanya. Ana nampak agak terkejut. Melepaskan genggaman tanganku. Dia surut satu langkah.
Lalu diam memunggungiku. Aku hancur. Aku gegabah dan menyesalkan ucapanku. "Maapkan aku, Na! Aku keceplosan, terbawa suasana. Sudah lupakan saja...! Ayok kita pulang!" Kataku sambil menstop mobil lewat. Kebetulan mobil itu menuju kota tempat kami tinggal.Kami pun pulang. Sepanjang perjalanan Ana cuek padaku, sibuk ngobrol sama si pemilik mobil. Aku kikuk.
Sampai di rumah Ana. Aku baru ingat motorku yang terpakir di gerbang Pos 1 pendakian. "Aduh, motorku ketinggalan, Na!"
Ana tersenyum dan akhirnya tertawa terbahak-bahak! " Kapook!! teriaknya.
"Udah ya, Aku jemput motorku dulu. Dah sore nih, keburu malam. Met istirahat dan lupakan yang tadi. Oke? Kataku. Ana tersenyum. "sebentar!" Ana berlari kedalam rumahnya.
Ana balik lagi dengan membawa kompas. "Nih bawa ini!" Katanya.
"Untuk apa, aku tak mendaki lagi. Aku cuma mau jemput motor. Dudul, lu!" Kataku.
"Dah, bawa saja! Ini untuk Alang! supaya Alang tetap bisa balik ke Ana, kemanapun Alang pergi! Katanya tersenyum manis. Manis sekali.
Aku bersorak. Yes!
Kompas Si Ana ! Azimat cintaku. Kan ku jaga ntuk selamanya.
Tanjung Pinang, 24 Nov 2013.