Mohon tunggu...
Albeth Kusuma Sanjaya
Albeth Kusuma Sanjaya Mohon Tunggu... Lainnya - IG : albeth21

Pelajar di SMA Pius Tegal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Coronavirus, Ancaman yang Memberikan Pelajaran

28 Maret 2020   22:26 Diperbarui: 15 November 2020   20:36 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi KOMPAS/DIDIE SW

Pada esai kali ini, saya akan membahas tentang isu global yang sedang terjadi sekarang ini. Yaitu, pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh coronavirus. Apa itu COVID-19? Apa itu coronavirus?

Apakah dapat memberi ancaman bagi negara kita, Indonesia? Atau justru malah dapat memberi kita pelajaran yang berharga? Mari kita bahas semuanya satu per satu.

Baru saja memasuki tahun 2020, tak henti-hentinya dunia diterpa berbagai masalah. Mulai dari terbakarnya hutan di australia karena meningkatnya pemanasan global, konflik antara Iran dan Amerika Serikat, hingga yang sampai saat ini sedang marak-maraknya dibicarakan dan dikhawatirkan, yaitu coronavirus yang dapat menyebabkan COVID-19.

Pengertian wabah dilansir dari wikipedia,  adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. 

Dari dulu hingga sekarang, bumi sudah berulang kali terkena wabah virus yang berbahaya. Mulai dari wabah PES (Black Death) di abad pertengahan (tahun 1347 - 1351) yang memakan korban jiwa hingga 200 Juta orang, hingga wabah ebola, SARS, MERS, dan yang terbaru yaitu virus corona.

Semuanya berawal di sebuah pasar yang terkenal karena menjual daging hewan-hewan liar. Pasar ini terletak di kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina. 

Pada bulan Desember 2019, 27 dari 41 orang masuk ke rumah sakit setelah pulang dari pasar ini dan semuanya dilaporkan mengalami penyakit jenis baru yang belum pernah ada di dunia dan memiliki tingkat penyebaran yang sangat cepat. 

Penyakit ini memiliki ciri-ciri berupa gejala ringan seperti pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Penyakit ini dapat memiliki gejala yang lebih parah bagi sebagian orang dan dapat menyebabkan pneumonia atau sesak napas. 

Dalam kasus yang lebih langka, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Orang-orang yang berusia lanjut, dan orang-orang yang memiliki gangguan medis lainnya (seperti asma, diabetes, atau penyakit jantung), lebih rentan untuk mengalami gejala yang parah. 

Media massa langsung dipenuhi pemberitaan akan penyakit jenis baru ini. Berita ini menyebar dengan sangat cepat, dan setelah seluruh dunia memgetahuinya, semua negara langsung bekerja sama satu sama lain untuk meneliti dan menemukan vaksin bagi penyakit ini. Setelah diteliti, ternyata penyakit ini disebabkan oleh sebuah virus yang memiliki struktur yang sama dengan SARS-CoV dan MERS-CoV, yaitu coronavirus atau virus corona.

Pada 1 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit yang disebabkan virus corona ini sebagai PHEIC (Public Health Emergency Of International Concern) atau dalam bahasa Indonesia sebagai DKMI (Darurat Kesehatan Masyarakat Internasional).

Lalu, pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama resmi untuk penyakit jenis baru tersebut, yaitu COVID-19 yang merupakan kepanjangan dari Corona Virus Disease 2019.

Kemudian, baru-baru ini, pada 12 Maret 2020, WHO menyatakan bahwa COVID-19 sebagai Pandemi. Pengertian Pandemi dilansir dari wikipedia adalah sebuah status yang menyatakan sebuah penyakit yang menyebar dalam wilayah yang luas hingga mencakup seluruh dunia.

Virus corona sebenarnya telah diidentifikasi hampir selama 6 dekade terakhir. Sehingga, penelitian akan virus ini jadi lebih mudah dan cepat. Penemuan vaksin yang seharusnya memerlukan belasan tahun, jadi bisa diselesaikan dalam waktu kurang lebih 1,5 tahun. 

Selagi menunggu proses penemuan vaksin tersebut, pemerintah dan BUMN dari segala bidang yang ada di Indonesia, sedang mengupayakan berbagai cara untuk menghentikan persebaran virus ini. 

Mulai dari memasang alat pemindai suhu tubuh di berbagai bandara dan pelabuhan, menyiapkan ribuan dokter di seluruh wilayah Indonesia, menyiapkan ratusan rumah sakit yang mampu menangani pasien suspect corona, menyediakan banyak hand sanitizer dan masker di berbagai tempat umum seperti terminal dan stasiun, serta yang paling penting adalah memastikan bahwa bahan makanan dan logistik lainnya masih aman dan tersedia. 

Dan juga, baru-baru ini, Pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk melaksanakan physical distancing atau social distancing, yaitu kegiatan menjaga jarak kurang lebih 1,5 meter dengan orang lain dan mengurangi kontak fisik dengan orang lain. 

Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan yang sangat penting. Tagar "dirumah aja" sedang viral di Indonesia. Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengatakan kepada masyarakat untuk mulai bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah. Tentunya kebijakan ini sangat berdampak di berbagai bidang di Indonesia.

Karena pandemi corona ini, ekonomi Indonesia sangat terkena imbasnya. Mulai dari menguatnya dollar terhadap rupiah, yaitu Rp16.232,57 per 26 Maret 2020. 

Lalu, adanya  indeks bursa saham yang rontok, IHSG Indonesia yang sedang berada di posisi terendahnya selama 8 tahun terakhir, dan banyaknya kesulitan yang dialami pelaku usaha. 

Untuk membendung meluasnya dampak pandemic COVID-19 ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis beberapa kebijakan. Di antaranya, trading halt atau pembekuan selama 30 menit jika IHSG turun 5%. 

Trading halt pertama kali sepanjang sejarah pasar modal Indonesia berlangsung pada Kamis 12 Maret 2020 dan telah terjadi lima kali sejak itu. Kemudian, OJK meminta PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia untuk memangkas waktu operasional. 

Langkah ini sebagai adaptasi dari kebijakan Bank Indonesia yang mempersingkat jam operasional BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Selain itu, ada juga penaikkan kartu sembako dari Rp150.000 menjadi Rp200.000 per keluarga per bulan dan juga penaikkan insentif kartu pra kerja dari Rp650.000 menjadi Rp1.000.000 selama 4 bulan ke depan.

Politik Indonesia juga sedang memanas dalam kondisi pandemi ini. Adanya usulan untuk menunda penyelenggaraan pilkada serentak dikarenakan adanya pandemi corona. 

Hal ini juga dikarenakan penyelenggaraan pilkada akan membuka ruang pertemuan masyarakat dalam skala besar. Maka dari itu, sesuai dengan kebijakan pemerintah, kegiatan-kegiatan yang melibatkan perkumpulan massa dalam jumlah besar harus dihindari dalam upaya penanggulangan penyebaran virus corona. 

Seluruh pemerintah di Indonesia sedang memfokuskan tujuannya untuk menanggulangi dan mengurangi dampak penyebaran virus corona. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kegiatan "tracing, tracking, dan fencing" yang dilakukan pemerintah tiap kali ada pasien yang positif corona. 

Tracing dilakukan dengan menelusuri kemana pasien berpergian. Lalu ada tracking yang dilakukan dengan melacak orang-orang yang pernah melakukan kontak fisik dengan pasien yang positif corona selama 2 minggu terakhir. Dan yang terakhir adalah fencing yang dilakukan dengan membatasi ruang gerak pasien yang positif corona.

Pendidikan Indonesia juga tidak terlepas dari dampak virus corona. Karena pandemi ini, seluruh sekolah di Indonesia sedang melakukan sistem kegiatan belajar mengajar daring atau belajar online dari rumah dengan menggunakan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah. 

Contohnya, di sekolah saya sendiri semua tugas-tugas dan materi pelajaran dikirimkan oleh guru-guru saya melalui aplikasi "google classroom" dalam bentuk dokumen atau file, saya juga mengikuti ulangan online melalui situs khusus yang sudah dibuat oleh guru saya. 

Bahkan ada juga guru saya yang mengajar materinya secara daring lewat suatu situs yang membuat seisi kelas beserta guru saya dapat saling bertelepon satu sama lain. 

Ini adalah pengalaman yang baru, mungkin ada kelebihan dan kekurangannya, namun terlepas dari itu semua, ini adalah salah satu cara yang cocok untuk digunakan agar pendidikan di Indonesia masih dapat berjalan dalam kondisi saat ini. 

Akibat wabah ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem, lewat rapat daring bersama dengan jajarannya memutuskan bahwa Ujian Nasional di jenjang SD, SMP, dan SMA pada tahun 2020 ini ditiadakan dan penentuan kelulusan siswa dapat dilakukan melalui pertimbangan hasil rata-rata nilai setiap mata pelajaran di 5 semester terakhir. 

Tentunya ada beberapa masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan ini, namun sepertinya lebih banyak masyarakat yang menyetujui keputusan ini. Selain itu, ada juga beberapa kegiatan-kegiatan sekolah seperti kegiatan live-in, retret, prom night atau acara perpisahan yang mau tidak mau harus dibatalkan untuk mencegah dan mengurangi penyebaran virus corona.

Lalu, bagaimana dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia dalam situasi ini? Dalam waktu kurang lebih 3 bulan sejak virus corona ini mulai menyebar di seluruh dunia. belum ada satupun kasus yang menyatakan bahwa Indonesia positif corona. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat di Indonesia yang bersikap tidak peduli atau bahkan tidak tahu menahu akan virus corona ini. 

Lalu, pada 2 Maret 2020, setelah corona mulai masuk ke Indonesia dengan adanya 2 pasien positif corona, barulah masyarakat mulai sadar akan bahaya corona. 

Namun, sayangnya kesadaran mereka terlalu berlebihan dan mengakibatkan "panic buying" dalam membeli bahan-bahan pokok dan memborong habis alat-alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer hingga barang-barang tersebut menjadi langka bagi para tenaga medis, lansia, dan orang sakit atau orang yang memiliki imun tubuh yang rendah, padahal merekalah yang paling membutuhkannya untuk saat ini. 

Bahkan, sampai ada beberapa oknum yang tega menaikkan harga masker hingga mencapai harga yang tidak masuk akal hanya demi mencari keuntungan dalam situasi pandemi ini. 

Hal ini mengakibatkan seolah-olah keselamatan masyarakat hanya didapatkan oleh kaum yang mampu membayar masker dengan harga mahal dan tidak akan didapatkan oleh kaum yang tidak mampu. 

Mengetahui hal ini, banyak masyarakat dari kalangan "influencer", artis, youtuber, dan lembaga-lembaga masyarakat yang berbondong-bondong mengadakan donasi untuk pembelian bahan-bahan pokok dan juga masker serta hand sanitizer bagi masyarakat yang kurang mampu. 

Contohnya saja youtuber skinnyindonesian24 yang mengadakan donasi dalam rangka corona dengan membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dari alfabet A sampai dengan alfabet Z, dan dalam waktu kurang lebih 12 jam mereka sudah mendapatkan uang sejumlah 200 juta rupiah yang semuanya akan didonasikan untuk membelikan alat-alat kesehatan bagi para petugas medis dan masyarakat yang sangat membutuhkannya. 

Contoh lainnya seperti youtuber Arief Muhammad, Atta Halilintar, Rachel Vennya, Dr. Tirta, Nikita Mirzani, Melani Soebono, Uya Kuya, dan masih banyak lagi. 

Di sinilah, ciri khas Masyarakat Indonesia terlihat jelas yaitu kegotongroyongan yang mencerminkan sila ke-3 Pancasila yaitu "Persatuan Indonesia." 

Pemerintah juga akhirnya turun tangan dalam masalah ini dengan menyidak oknum-oknum yang sengaja menaikkan harga masker demi mencari keuntungan. Selain dengan menggunakan masker, handsanitizer, dan rajin mencuci tangan, kegiatan physical distancing atau social distancing dan self isolation merupakan kunci yang paling penting dalam menghentikan penyebaran virus ini. 

Meski begitu, hanya sedikit masyarakat Indonesia yang mau melakukan usaha preventif atau pencegahan untuk menghambat penyebaran virus ini dan banyak masyarakat yang tidak peduli dan meremehkan virus corona ini, serta tidak mau melakukan kegiatan berdiam diri serta mengisolasi diri sendiri di rumah dengan alasan bosan. 

Physical distancing atau social distancing bukan berarti kita tidak boleh melakukan hubungan sosial dengan orang lain ataupun mengurung diri kita sendiri sebab kita juga masih bersosialisasi dengan orang lain lewat media sosial, itulah kenapa WHO lebih memilih untuk menggunakan kata "physical distancing" daripada "social distancing". 

Lalu, kita juga harus tetap mengisolasi diri sendiri di rumah walaupun kita merasa sehat karena COVID-19 adalah penyakit yang bersifat asimtomatik, yaitu penyakit yang tidak menimbulkan gejala klinis. Sehingga, orang yang terlihat sehat pun juga bisa berstatus positif dan berpotensi menjadi "carrier" dan menyebarkan virusnya kepada orang-orang di sekitarnya yang memiliki imunitas rendah. 

Maka dari itu, sebaiknya kita mengisolasi diri sendiri di rumah masing-masing dan tetap menjaga kesehatan dengan banyak minum vitamin, berolahraga teratur, makan makanan yang bergizi, dan tentunya tetap melakukan hal yang produktif, serta lebih mendekatkan diri dengan keluarga di rumah.

Dalam situasi pandemi corona ini, kita juga harus membiasakan diri kita dengan kebiasaan atau kebudayaan baru. Contohnya kebiasaan menyapa orang lain yang biasanya dengan berjabat tangan, untuk sekarang mulai dikurangi dan diganti hanya dengan memberi salam. 

Kebudayaan untuk mencuci tangan yang biasanya hanya dengan menggunakan air, untuk sekarang mulai dibiasakan untuk juga menggunakan sabun dan memastikan semua bagian tangan hingga pergelangan tangan ikut dibersihkan. Kebudayaan untuk beribadah di tempat ibadah, untuk saat ini bisa dilakukan dengan beribah di rumah masing-masing. 

Kebiasaan malas berolahraga, karena sekarang sedang berlibur dan sedikit aktivitas, bisa diisi dengan berolahraga di dalam rumah. Rasa malas juga dapat diisi dengan mencoba sesuatu yang baru dan mempelajari hal baru.

Dilansir dari Line Today, 27 Maret 2020, jumlah pasien positif corona di Indonesia ada sebanyak 1046 orang, korban meninggal sebanyak 87 orang, dan jumlah yang sembuh sebanyak 46 orang.

Namun, terlepas dari itu semua. Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari kondisi pandemi corona ini. Pertama, kita jadi menyadari kalau kerukunan dan kegotongroyongan adalah yang paling utama di dalam hidup. 

Kedua, kita jadi dapat meluangkan waktu lebih untuk keluarga di rumah. Dan yang ketiga, kita jadi bisa lebih menyadari dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang memanusiakan manusia.

Jadi, apa yang sebenarnya harus dilakukan dalam menghadapi pandemi corona ini? Yang paling utama, janganlah lupa untuk berdoa. Tetaplah berada di rumah. Tetaplah bersikap baik bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. 

Belilah bahan-bahan makanan secukupnya. Rajinlah mencuci tangan dengan sabun dan selalu menjaga kebersihan diri. Berdonasilah semampunya dan seikhlasnya bagi mereka yang kurang mampu dan masih harus bekerja di luar sana. Tetaplah tenang, jangan panik, dan berkepala dingin saat menggunakan sosial media. 

Menjaga diri sendiri dan menjaga orang-orang terdekat kita. Dan yang terpenting, janganlah lupa untuk memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada mereka yang mempertaruhkan nyawa mereka dengan bekerja di garda terdepan tanpa pamrih untuk menyelamatkan kita semua. Jika kita dapat melakukan itu semua, maka, kita akan dapat melewati semua ini bersama-sama.

Akhir kata, seperti apa yang dikatakan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

"Kita bangsa besar, bangsa petarung, bangsa pejuang, kita mampu melewati tantangan ini."

#dirumahaja #landaikankurva #stayhealthy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun