Mohon tunggu...
al barzanji
al barzanji Mohon Tunggu... -

hidupku dalam secangkir kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepanjang Perantauan 2

13 Agustus 2012   03:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bukan karena cinta atau benci

bersamamu karena memang hanya sedang harus bersamamu

kini ...

kutitipkan semua kegalauan

karena aku belum akan meninggalkanmu

.

biarkan aku pergi

menemui apa yang kusebut kebahagiaan

meskipun ku tahu

itu tak lebih dari sekedar kerinduan

.

ketika ku pergi

jangan kau menungguku

ketika kembali

jangan pula mengusirku

meskipun...

kau bukan tempat menggantung harapan

tapi...

bukan juga tempat pelarian

anggap saja kita ditakdirksn hidup bersama

Deskripsi:

Sekilas Puisi Sepanjang Perantauan 2 menggambarkan seorang yang hendak meninggalkan kekasih yang sebenarnya tidak ia kasihi, tidak juga ia benci. kekasih disini yang dimaksud adalah Tempat Rantau.

Sebenarnya, lebih jauh lagi penulis memaksudkan puisi ini sebagai sebuah kritik terhadap fenomena "ironi kehidupan" yang sedang terjadi dinegeri ini.

fenomena dimana sebenarnya masyarakat perkampungan tidak menghendaki sebuah perantauan, tak ada niatan merantau apa lagi mempunyai maksud besar dalam perantauan.

yang terjadi adalah mereka merantau karena memang harus merantau, walau hanya untuk sekedar bertahan. ini terjadi entah karena tidak adanya pemerataan kemakmuran, atau memang karena negeri ini sedang dilanda kemerosotan.

tapi kebanyakan dari kaum perantau tidak menyadari bahwa ia sedang melakukan sebuah "pelarian", dan menganggap perantauan hanya sebagai sebuah takdir ilahi.

jadi sebenarnya, zaman yang sedang kita lalui ini takdir baik atau buruk ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun