Sebenarnya, lebih jauh lagi penulis memaksudkan puisi ini sebagai sebuah kritik terhadap fenomena "ironi kehidupan" yang sedang terjadi dinegeri ini.
fenomena dimana sebenarnya masyarakat perkampungan tidak menghendaki sebuah perantauan, tak ada niatan merantau apa lagi mempunyai maksud besar dalam perantauan.
yang terjadi adalah mereka merantau karena memang harus merantau, walau hanya untuk sekedar bertahan. ini terjadi entah karena tidak adanya pemerataan kemakmuran, atau memang karena negeri ini sedang dilanda kemerosotan.
tapi kebanyakan dari kaum perantau tidak menyadari bahwa ia sedang melakukan sebuah "pelarian", dan menganggap perantauan hanya sebagai sebuah takdir ilahi.
jadi sebenarnya, zaman yang sedang kita lalui ini takdir baik atau buruk ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H