Bung Hatta selalu mengingatkan bahwa di alam demokrasi negeri kita perlu diupayakan sebuah pendidikan politik. Beliau meyakini bahwa dengan pendidikan politik yang baiklah maka demokrasi akan menjadi sehat.
Hatta sejak muda belia kisaran tahun 1916 beliau aktif menghadiri ceramah-ceramah dan pertemuan politik. Inilah pendidikan politik ala Hatta.
Buku Bung Hatta tentang filsafat alam bawah sadar Yunani menempatkan dirinya sebagai politisi yang gemar berpikir. Berpolitik adalah jalan menyampaikan alam pikiran dan gagasan.
Keteladanan Bung Hatta
Ketauladannya Bung Hatta di alam demokrasi mencontohkan untuk tidak menrima pemberian bahkan hadiah dari manapun dari pengusaha manapun. Karena menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia adalah tanggung jawab besar. Berjuang untuk sebuah kemerdekaan bagianya panggilan jiwa yang luhur, tulus lagi suci.
Demikianlah alam demokrasi yang sehat. Berawal dari pijakan pendidikan politik dan keteladan figur-figur alias insan politisi hingga lahirnya alam pikiran dan gagasan. Ke
Pesta Rakyat
Tentu yang namanya pesta akan menghabiskan banyak biaya bahkan tenaga. Dan selalu saja pesta demokrasi itu menguras emosi tiap kita terutama rakyat.
Dari sisi anggaran saja sudah menghabiskan puluhan triliun rupiah. Ini baru satu putaran pemilu, jika dilaksanakan satu penyelenggaraan pemilu maka diperkirakan akan menelan anggaran alias biaya sebesar 25 triliun.
Anggaran dengan biaya yang besar ini sebagai bentuk keseriusan sebuah negara menyelenggarakan pemilu. Aksi praktis dimana perhelatan demokrasi diselenggarakan.
Ketika momen ini disia-siakan akan sangat disayangkan. Mengikuti perkembangan yang ada dengan memantik daya pikir kritis adalah bagian dari keikutsertaan kita di pesta demokrasi ini.
Tidak harus membela sampai mati
Dahulu kita mengadopsi sejarah kepemimpinan yang memakai sistem kerajaan. Ada yang berhasil ada juga yang mengecewakan lagi memilukan.
Kesultanan Aceh Tidore dibawah kepemimpinan Babullah pernah mewarnai kejayaan. Di Jawa kita kenal cerita raja Sima perempuan yang begitu adil dan berani memotong tangan anak kandungnya sendiri ketika melakukan pelanggaran etis.