Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alam Demokrasi, Kritik dan Suara Nurani

20 Januari 2025   10:25 Diperbarui: 20 Januari 2025   10:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Hatta selalu mengingatkan bahwa di alam demokrasi negeri kita perlu diupayakan sebuah pendidikan politik. Beliau meyakini bahwa dengan pendidikan politik yang baiklah maka demokrasi akan menjadi sehat.

Hatta sejak muda belia kisaran tahun 1916 beliau aktif menghadiri ceramah-ceramah dan pertemuan politik. Inilah pendidikan politik ala Hatta.

Buku Bung Hatta tentang filsafat alam bawah sadar Yunani menempatkan dirinya sebagai politisi yang gemar berpikir. Berpolitik adalah jalan menyampaikan alam pikiran dan gagasan.

Keteladanan Bung Hatta

Ketauladannya Bung Hatta di alam demokrasi mencontohkan untuk tidak menrima pemberian bahkan hadiah dari manapun dari pengusaha manapun. Karena menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia adalah tanggung jawab besar. Berjuang untuk sebuah kemerdekaan bagianya panggilan jiwa yang luhur, tulus lagi suci.

Demikianlah alam demokrasi yang sehat. Berawal dari pijakan pendidikan politik dan keteladan figur-figur alias insan politisi hingga lahirnya alam pikiran dan gagasan. Ke

Pesta Rakyat

Tentu yang namanya pesta akan menghabiskan banyak biaya bahkan tenaga. Dan selalu saja pesta demokrasi itu menguras emosi tiap kita terutama rakyat.

Dari sisi anggaran saja sudah menghabiskan puluhan triliun rupiah. Ini baru satu putaran pemilu, jika dilaksanakan satu penyelenggaraan pemilu maka diperkirakan akan menelan anggaran alias biaya sebesar 25 triliun.

Anggaran dengan biaya yang besar ini sebagai bentuk keseriusan sebuah negara menyelenggarakan pemilu. Aksi praktis dimana perhelatan demokrasi diselenggarakan.

Ketika momen ini disia-siakan akan sangat disayangkan. Mengikuti perkembangan yang ada dengan memantik daya pikir kritis adalah bagian dari keikutsertaan kita di pesta demokrasi ini.

Tidak harus membela sampai mati

Dahulu kita mengadopsi sejarah kepemimpinan yang memakai sistem kerajaan. Ada yang berhasil ada juga yang mengecewakan lagi memilukan.

Kesultanan Aceh Tidore dibawah kepemimpinan Babullah pernah mewarnai kejayaan. Di Jawa kita kenal cerita raja Sima perempuan yang begitu adil dan berani memotong tangan anak kandungnya sendiri ketika melakukan pelanggaran etis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun