Bukan berarti merawat rasa lapar yang harus dilakukan. Melain mencari solusi dengan bekerja hingga berkarya yang menghasilkan. Asli saya sedang menjadi seorang paman yang menasihati ponakan (maafkan).
"Roda kehidupan pasti berputar gaes"
Celetuk my future wife (yang ngikutin tulisan jelek saya pasti paham siapa my future wife), "roda kehidupan pasti berputar gaes". Saya terbahak membalas balasan whatsapp singkat darinya.
Kelakar memang. Tapi memberi pesan mendalam. Jika setiap roda kehidupan kita selalu mengambil rasa syukur tidak berlarut dalam kesedihan kala di titik terendah bisa jadi kita menjadi hamba yang pandai bersyukur.
Kiranya demikian pesan kiyai kami saat nyantri dulu inilah orang-orang beruntung, sembari mengutip ayat al-Quran dengan fasih. Pesan sang Kiyai ini masuk kedalam hati bagi kami santri-santrinya.
Raih bersyukur dengan Ikigai
Istilah ikigai sebagian besar dari kita sudah familiar tentunya. Di mana kita melakukan sesuatu yang bermanfaat alias meaningfull, kita sukai sekaligus menghasilkan kesejahteraan buat kita. Sederhananya begitulah definisi ikigai.
Hidup tinggal memilih. Apakah menempuh jalur Ikigai atau jalan tikus?
Jalan tikus pastinya kita semua bisa pahami. Jalan pragmatis alias kita suka atau tidak, bermanfaat atau tidak bahkan baik dan buruk kita tidak memperdulikannya.
Beda dengan ikigai. Kita lakuin sesuatu yang kita sukai sekaligus bermanfaat dan memberi sejahtera. Jalan ini adalah tol menuju pintu syukur tentunya.
Senerai Penutup
Apaan sih? Kita bahas lapar eh sampai ke Ikigai.
Seperti itulah menulis, suka-suka penulisnya hehehe. Yang Jelas, "roda kehidupan selalu berputar gaes". Suka dan duka kehidupan selalu menyapa bergaintian.
Terakhir, Berkarya lalu bersyukur dengan mencoba menerapkan konsep ikigai ala Jepang asik juga kali ya. Selamat mencoba!