Pentingnya rasa lapar alias kanker (kantong kering) hehehe. Kenapa penting?
Coba kita refleksikan bersama kenapa dalam Islam ada puasa baik sunnah maupun wajib selama 1 bulan di bulan ramadhan. Lapar, sekali lagi penting!
Kita mulai dari kantong kering
Pagi buta masih menyelimuti mata, dingin itu dipecahkan oleh suara azan yang menggema dari masid ke masjid sekitaran. Subuh lalu fajar pun menjemput suasana mulai terang. Mata melek kemudian mengintip dompet. Naasnya tak berisikan apapun inilah yang disebut Kanker alias kantong kering hahaha (sekali lagi, sedang lapar).
Kanker itu stadiumnya bertambah dengan mengingat sisa nominal uang tersisa di ATM tak bisa ditarik karena tidak mencapai minimum penarikan. Nelangsa anak rantauan, hal ini biasa terjadi di akhir bulan, baik mahasiswa atau yang sedang mengadu nasib mencari lapangan rezeki di kota orang.
Rasa lapar dan jemari harus berkarya
Bersyukurnya masih dikasih beberapa keterampilan atau bahasa kerennya soft skill. Menulis, editorial dan mengkurasi tulisan setidaknya jadi senjata kecil untuk terus berkarya.
Naif sekali jika kita menulis tidak ingin berkarya dengan melihat hasilnya. Justru hidup dari karya adalah idealisme tertinggi menurut saya.
Istilah hidup dari karya saya adopsi dari Pandji Pragiwagksono seorang komika kawakan milik negeri ini. Ya, hidup dari karya tentu saja membutuhkan usaha berlipat ketimbang mereka yang memilh jalur praktis alias naasnya menempuh jalan tikus.
Itulah mengapa pentingnya lapar
Setidaknya dengan lapar kita menemukan atau bahkan mengeluarkan potensi keterampilan yang ada dalam diri. Kantong kering akan jadi nelangsa alias petaka jika hanya diratapi saja.
Boleh kok ngeluh. Gak ada yang melarang. Cuman dosis keluh kesahnya dikurangin aja. Ini saran dari saya dan nasihat untuk diri sendiri juga.
Kembali, rasa lapar lagi dan lagi tidak hanya mampu menggali potensi kita. Sejatinya karya-karya besar itu lahir dari kepahitan hingga rasa lapar.