Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Kepedulian-Kesetiakawanan" Tinjau Ulang Fenomena Tone Deaf

30 Agustus 2024   20:04 Diperbarui: 30 Agustus 2024   20:06 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesakali saya ingin menuliskan diary alias pengalaman memorable. Karena belakangan lagi rame pembicaraan di media sosial tentang sebuah pertemanan yang tone deaf. 

Pikiran melihat fenomena menarik ini. Sederhananya tone deaf adalah kawan yang tipenya gak peduliaan sama orang. Spesifiknya tidak punya kepedulian pada perasaan seorang sahabatnya. 

Lebih jauh dan mendalam istilah ini sudah lama menjadi kajian di dunia neurosicience. Artikel ilmiah berjudul, "Tone Deafness: A New Disconnection Syndrome?" menyebutkan bahwa mengidentifikasi nada tuli yang terjadi karena masalah temporal otak. Lalu belakangan istilah ini jadi "mame" sosial untuk orang yang tidak pedulian, kurang sensitif alias hidup tanpa kepekaan empaty layaknya "tuli" dalam arti sindiran. 

Jelas kali ini tidak akan menulis dan menyinggung dunia politik dan alam demokrasi di negeri tercinta ini. Dimana politisinya tidak peduli lagi dengan jeritan rakyatnya. Dia melenggang dengan tarian politik dinastinya misal. 

Kali ini saya mencoba munuliskan sebuah catatan kenangan kala mendaki gunung terakhir yaitu gunung Merbabu dengan savana pemandangan indahnya. 

Lagi dan Lagi Mendaki

Sebagai ingatan tentu menarik diabadikan jadi kenangan. Tepat hapir dua tahun lalu saya dang teman-teman melakukan hobi menyenangkan. Ya, lagi dan lagi mendaki. 

Kisaran 7 atau 8 orang pendakian kala itu kami sebagai tim deal untuk bersama-sama berangkat dari Jogja melewati Magelangga dan menuju kaki gunung Merbabu. 

Sebuah perjalanan kala melakukan pendakian banyak keseruan. Dari tingkah lucu bahkan idiotnya seorang kawan. 

Ada saja tingkah lucunya, seperti bicara dengan artikulasi kata tidak jelas nadanya serius dan kami sekawanan hanya bisa tertawa. Terlihat idiot, gak perlu detail saya jelaskan karena ya begitulah apa adanya saat kami melakukan pendakian kala itu. 

Kesannya seperti bulliying tapi begitulah realitas persahabatan karena begitu dekatnya. Semua bisa jadi tawa walau dari kacamata luar itu semacam caci maki atau hinaan keras. Lagi dan lagi karena dekat. 

Sebuah Perjalanan Lucu atau Menyenangkan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun