Mohon tunggu...
Nadzir Albanna
Nadzir Albanna Mohon Tunggu... -

Pemuda (hampir) ganteng.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Note Actually

21 Maret 2010   14:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:17 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama. Model buang air besar.

Ikhlas itu seperti buang air besar. Mau makan pitsa atau combro sekalipun pada akhirnya kita harus keluarkan bukan? Tapi saat kita keluarkan pitsa itu dalam bentuk kotoran, bentuknya kok ya sama-sama aja kayak kita makan combro. Dan kita pun ndak perlu protes, ngamuk-ngamuk sama penjual pitsa itu apalagi mengadukannya ke YLKI kenapa kotoran pitsa sama saja seperti kotoran combro. Kita plong saja saat kotoran itu kita buang.

Kedua. Model tukang parkir.

Iklhas itu seperti menjadi tukang parkir. Kita tidak memiliki. Kita dititipi mobil, motor untuk dijaga. Suatu saat sang pemilik mobil atau motor itu ngambil ya monggo. Toh kita cuma diamanahi untuk menjaga mobil milik si pemilik. Dan diakhir acara, si pemilik ngasih kita duit sebagai "upah" atas usaha kita menjaga si mobil.

Ketiga. Model tukang pinjem.

Misalkan saya mau apel malang ke rumah perempuan. Ndak ada motor nih. Lalu saya pinjem motor sampeyan. Apel saya sukses marukses. Meski saya harus melewati barisan anjing liar yang menggonggong cemburu kepada saya. Saya tarik selongsong gasnya dengan lembut, ndak ugal-ugalan di jalan. Saya parkirin motor pinjeman itu dengan lembut seperti layaknya motor sendiri. Saya parkirin di tempat yang semestinya biar maling mikir 1000x untuk macem-macem.

Giliran saya balikin tuh motor pinjeman.

Malu juga saya kalo cuma sekedar mbalikin tuh motor hanya dengan sekedar ucapan terimakasih. Ah, saya isiin bensinnya deh. Saya lap sang bodi motor yang tadi sempet keciprat genangan air.

Mbok ya udah dipinjemin, ya tau diri dikitlah si sayah...

Nah...

Dari 3 model analogi sederhana itu... kira-kira yang lebih asyik yang mana ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun