"Saya memang bukan guru yang berdiri di depan kelas. Tapi saya merasa semua orang di sekolah kita harus menjadi guru. Apapun pekerjaannya," luar biasa pemahaman yang beliau yakini. Saya tercengang mendengarnya.
"Itu kan yang pernah saya dengar dari yayasan saat pembinaan. Makanya saya juga berfikir bagian apa yang bisa saya ajarkan dan contohkan langsung kepada anak-anak. Ketemu, lewat pembagian makanan ini,"
"Kalau mengajar di kelas itu sudah tanggung jawab guru kelas, para ustadz/ah. Nah, bagian saya ya ini. Bagaimana agar anak bisa antre," Pak Tri mencoba menerjemahkan pemahaman di kepala dengan tindakan nyata di lapangan.
"Kata orang-orang hebat antre itu masih menjadi PR besar negara kita. Makanya walaupun sering mengkondisikan agar anak bisa antre saya insya Allah siap," lanjut lelaki beranak dua ini.
Ingatan saya melayang. Benar. Apa yang disampaikan Pak Tri pernah pula disampaikan guru-guru kami. Mereka dengan tulus memberi nasihat pendidikan yang luar biasa.
Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan juga bisa menjadi agen penyebaran nilai kebaikan. Tukang kebun dan petugas kebersihan adalah agen penyebar nilai kebersihan dan kerapian.
Pegawai kantin adalah agen penyebar adab makan dan kesediaan mengantre. Petugas administrasi adalah agen penyebar nilai kejujuran karena mereka selalu mengembalikan uang kelebihan pembayaran bulanan.
Satpam sekolah adalah agen kehati-hatian karena selalu menyeberangkan siswa dengan hati-hati. Bahkan tukang bangunan di sekolah pun bisa menjadi agen kebaikan dengan mengajarkan kerapian, kedisiplinan, ketelitian, keindahan, dan kekokohan hasil kerja.
Ternyata pemahaman menjadi agen kebaikan sudah diresapi Pak Tri dengan sangat baik. Pak Tri punya harapan kontribusi 'kecil' yang diberikan ini memiliki dampak besar bagi kehidupan para siswa kelak. Saat mereka sudah terjun ke dunia masyarakat.
Lain Pak Tri, berbeda juga dengan Pak Jumaryono. Permasalahan yang beliau hadapi jauh lebih kompleks soal ketersediaan makanan.
Sebagai koordinator tim dapur suatu ketika Pak Ju pernah diuji dengan beberapa karyawan yang resign dalam waktu hampir bersamaan. Belum adanya pengganti tim masak membuat beliau bekerja berkali lipat agar tidak ada warga sekolah yang kelaparan.