Mohon tunggu...
Andi Ardianto
Andi Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru SD IT Insan Cendekia

Semoga tulisan yang saya hasilkan bisa menjadi amal yang terus mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Enam Indikator Sukses

18 Desember 2018   06:54 Diperbarui: 18 Desember 2018   06:57 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, keuangan. Majalah Forbes mendefinisi kaya dengan mereka yang berpenghasilan 1 juta dolar Amerika setahun. Dengan kurs saat ini berarti kira-kira 14,5 milyar rupiah setahun.

Robert T. Kiyosaki mengatakan bahwa orang kaya adalah mereka yang passive income-nya lebih besar dari biaya hidup.

Jika biaya hidup seseorang lima juta rupiah sebulan, sementara 'pemasukan tanpa kerja' lewat royalti buku, lagu, atau kontrakan rumah lebih dari itu maka ia sudah bisa disebut kaya.

Perbedaan antara orang kaya dan belum kaya terletak pada mental. Begitu dapat uang, tipe pertama akan berfikir, "Bagaimana melipatgandakan?" Sedangkan yang kedua, "Untuk beli apa,"

Keempat, pendidikan, karir, dan pengembangan diri. Jangan pernah puas dengan ilmu yang kita dapat karena itu berarti kemandekan.

Ilmu adalah penuntun yang bahkan lewat ilmu seseorang bisa memilah mana yang lebih prioritas antara tempe dan rokok.

Karir pun demikian. Setiap orang pasti menginginkan karir yang cemerlang di tempat kerja. Yang punya usaha juga akan berusaha agar usahanya melejit.

Karir yang cemerlang akan membawa kebahagiaan tersendiri pagi pelakunya. Tapi karir yang baik juga harus didukung spiritual yang kuat. Karena begitu banyak orang yang mengakhiri hidup justru saat dia di puncak karir.

Kelima, kontribusi sosial. Kebahagiaan seseorang akan mencapai puncak ketika dia juga mau membagi kebahagiaan pada orang lain.

Sekecil apapun kontribusi yang mampu diberikan pada orang lain akan ada kebahagiaan luar biasa yang dirasakan hati. Ia tidak akan menghilangkan apapun dalam diri pemberi. Kontribusi sosial justru menjadi cara mempertahankan nikmat pada dirinya. 

Untuk mewujudkannya pun tidak perlu menunggu sempurna dulu baru bertindak. Jangan menunggu kaya untuk berbagi. Tidak menunggu waktu luang untuk berkarya bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun