Aku hanya memandang ke kiri dan kanan, tempat kedua sahabatku duduk. Tapi, tidak ada gunanya. Mereka sedang memandang Brian dengan begitu seriusnya. Serius dalam arti terpesona ngeliat dia seperti biasanya juga, sebenarnya.
Aku menarik nafas yang dalam sambil memejamkan mata. Kutatap mata Brian tajam setelahnya.
Aku nggak mau. Kamu kira aku bakal percaya gitu aja sama kamu, setelah kamu pacarin semua cewek yang ada di sekolah kita?
Belum semua. Cleaning service belum pernah aku pacarin. Penjaga kantin juga belum. Dan kamu juga belum, jawabnya lancar dan tenang.
Aku hanya menggeram kesal. Sial!
Lalu, apa yang bisa buat aku percaya kamu nggak bakal playboy lagi? Ngga ada jaminan untuk itu kan? Kamu selalu bermulut manis sama semua cewek yang kamu pacarin, dan kamu pikir aku juga bakal jadi seperti mereka, percaya rayuan gombal kamu begitu saja? Aku nggak bakal segampang itu percaya sama kamu!
Oh my God! Di-dia Dia nyium aku di depan semua orang! Dasar kurang ajar! Apanya yang juara kelas? Sopan santun aja ngga tahu! Tata karma dan norma-norma pun dia tak tahu! Di bibir pula itu! Aku berusaha mendorong tubuhnya namun tak berhasil. Tenanganya lebih besar dariku. Wajar sebenarnya, karena dia cowok sedangkan aku cewek.
Cukupkah itu untuk sebuah bukti? tanyanya setelah melepas bibirku yang menempel dengan bibirnya selama sekitar dua-tiga detik.
Aku segera mengambil botol minumku, mencuci bibirku sebentar, kemudian membersihkannya dengan tanganku segera.
Nggak bakal. It will never be! Kamu kira aku bakal percaya hanya dengan kamu k-kamu ny-nyi-nyium aku? Mungkin saja semua cewek juga sudah kamu perlakukan begitu, malah mungkin lebih!
Aku segera berlari keluar kelas, melewatinya begitu saja. Teman-temannya yang berdiri di belakangnya semua terperangah melihatku berlari keluar. So what? Emangnya aku bakal peduli? Aku nggak peduli! Yang aku tahu, sekarang aku harus ke kamar mandi dan segera membersihkan bibirku yang sudah tercemar! Terkena berbagai macam virus dan bakteri!