Paginya, bangun untuk sholat subuh sambil berbaring di tempat tidur. Usai sholat subuh, tidur lagi sampai terbangun sekitar jam 8 pagi.
Begitu terjaga, saya disambut senyum damai Ustadz Buchori Muslim, Imam Rawatib Masjid Agung Al-Azhar. Rupanya, beliau sudah agak beberapa lama menunggui saya yang masih tertidur.
Dengan suara sejuk, beliau memberi motivasi serta mendoakan saya. Masya Allah, hati rasanyaadeeem banget. Gimana nggak, pembesuk pertama di hari pertama adalah imam masjid nan mulia.
Setelah ngobrol sekitar setengah jam, Ustadz Bukhori pamitan. Selanjutnya, seperti laron keluar dari sarangnya, bergantian rombongan demi rombongan pembesuk lainnya berdatangan.
Akibatnya, bukan saja ruang rawat yang penuh, meja kecil di ruangan pun jadi sesak dengan berbagai buah dan makanan enak bawaan mereka. Padahal, dari rumah sakit sendiri sudah banyak makanan dengan menu yummy. Sekali lagi, kalau kita sehat lho.
Subhanallah, ruang rawat juga jadi ajang reuni dan perkenalan para pengunjung. Saya turut berbahagia, menjadi koneksi penyambung silaturahim kawan-kawan, baik yang senior maupun yunior.
Setiap pagi, siang, dan sore, ruang rawat dibersihkan. Saya mempersilakan para petugas kebersihan untuk mengambil semua makanan dan buah-buahan yang terhidang di meja saya. ‘’Bagi juga kawan-kawan yang lainnya ya, sambil doakan saya,’’ pesan saya pada petugas cleaning service.
Dengan suka cita, mereka berucap terima kasih kepada saya maupun istri yang menunggui. Buat mereka, pemberian itu luar biasa makna maupun harganya. Alhamdulillah, hati jadi makin adem melihat binar bahagia di wajah mereka.
Anehnya, meja makan tak lama kosong. Setiap kali sajiannya habis dibawa oleh petugas cleaning service, tak lama kemudian terisi lagi dengan berbagai roti dan buah bawaan pembesuk. Alhamdulillah, rejeki buat kami dan para petugas seperti tak pernah berhenti mengalir. Ada terus.
Yang membuat saya terharu, para tetangga, sahabat, dan teman kantor yang membesuk, juga banyak yang nyelipin amplop ke tangan saya. Bukan amsong (amplop kosong), tapi amsi. Termasuk tetangga saya yang orang-orang kampung di Parung, Bogor, juga datang membawakan buah dan memberi amplop.
Ha ha ha... saya tertawa dalam hati mensyukuri ketulusan mereka. Allah bener-bener menghadirkan banyak hiburan buat saya. Selain kunjungan, juga doa dan berbagai bawaan dari para pembesuk.