Turun di Bandara Soetta Jakarta, begitu menginjak aspal, saya langsung hoekkk… muntah. Sesudahnya badan lemeees sekali, nggak sanggup berdiri. Dalam keadaan sadar, saya dibopong 2 orang teman. Kawan lain langsung mengontak tim penjemput agar segera siaga di pintu kedatangan.
Masya Allah, dunia bagai berputar, demikian juga seisinya. Putarannya terasa makin dahsyat, sehingga dalam perjalanan menuju pintu keluar bandara, saya muntah sampai 3 kali.
Dengan sigap dan sabar, sahabat saya Mas Naryo membopong saya. Terima kasih Mas Naryo, I’ll never forget.
Jelang masuk mobil jemputan, saya muntah sekali lagi, sebelum kemudian dilarikan ke rumah sakit. Selama perjalanan di mobil pun, saya muntah beberapa kali.
Dengan berbagai pertimbangan kawan-kawan, terutama agar tak terlalu jauh dari rumah, maka saya dirujuk ke RS Pondok Indah, Jakarta Selatan. Masuk ruang emergency hampir tengah malam, saya langsung ditangani dokter jaga. Muntah lagi saya sebelum masuk Ruang ICU.
Setelah memeriksa, dokter menawari saya untuk opname. Apa boleh buat.
Alhamdulillah, saya ada kartu asuransi medis. Namun kata petugas, ruang kelas 1 dan 2 penuh semua. Padahal, asuransi saya hanya untuk kelas 2. Yang tersisa hanya ruang VIP.
Masya Allah, saya merasa kalau harus masuk ruang VIP, terlalu mewah. Nggak pantes rasanya saya dirawat di sana. Saya merasa saya ini bukan orang penting-penting amat.
Tapi dengan pertimbangan kondisi darurat, saya pasrah masuk ruang rawat VIP. Soal biaya, urusan belakangan dah. Itu pun dengan catatan, jika sudah ada bed kosong di kelas 1 atau 2, saya mintadipindahin ke sana.
Akhirnya, jadilah saya dirawat di VIP. Di sini, pasien serasa menginap di kamar hotel berbintang. Ruangannya mewah, full AC, dengan furniture dan berbagai fasilitas berkelas. Makanannya pun enak-enak, andai saja tidak sedang sakit. Pelayanan cepat, ramah, dan rapi. Subhanallah, seumur-umurbaru kali ini saya ngerasainyang beginian.
Malam itu, setelah disuntik obat analgitik pengurang rasa sakit, alhamdulillah saya bisa tidur selepas tengah malam.