Mohon tunggu...
Vadlan Labulango
Vadlan Labulango Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa

Kalau sudah jadi orang jangan lupa orang-orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Story Success Teman LGBTQ

20 September 2022   07:47 Diperbarui: 20 September 2022   08:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kisah Sukses Teman LGBT

Sabtu, 23 Juli 2022. Sejumlah aktivis dan penulis menyatu bersama dinginnya kota Tomohon, dalam sekolah menulis 'Media dan Keragaman' yang dilaksanakan di sekretariat Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (Pukkat), Jalan Kalutay, Kakaskasen, Tomohon Utara. Agenda yang dihelat Pukkat dan Komunitas Penulis Mapatik ini mengumpulkan jurnalis-jurnalis muda dari berbagai media, aktivis dari beragam organisasi, komunitas, agama dan kepercayaan, beragam gender.

Para peserta sangat antusias menjemput pengetahuan dan mengasah kemampuan dari tokoh-tokoh intelektual senior Sulawesi Utara. Ruth Wangkai, Denni Pinontoan, Rikson Karundeng, Riane Elean, Greenhill Weol, Nedine Sulu, hadir meluangkan waktu demi mencerahkan pemikiran para jurnalis dan aktivis, agar tidak terjebak dengan cara menulis yang kaku, bias, apalagi diskriminatif.

Malam minggu kian larut. Kopi panas ditambah pisang goreng di atas piring, cukup meredam dinginnya Tomohon. Di tengah suasana hangat dalam obrolan seru para peserta sekolah menulis, Marcelo dan Oping berbagi kisah mereka sebagai seorang LGBT. 

Bagaimana mereka hidup dan meraih impian yang dicita-citakan. Kelompok yang dianggap berbeda di khalayak umum ini secara terbuka dan tidak ragu-ragu menyampaikan apa yang mereka rasakan sebagai seorang LGBT dalam memperoleh kesuksesan.

Kisah Transman dalam Menempuh Pendidikan

Oping, sebagai transman dengan orientasi seksual menyukai perempuan atau lebih dikenal sebutan lesbian. Itu ia sadari sejak Sekolah Dasar (SD), kelas lima menuju kelas enam. Di usianya yang ke-8 tahun, ia mulai menyukai pakaian-pakaian yang sering dipakai laki-laki pada umumnya.

"Kita sadari, seingat kita mulai SD, sekitar kita kelas lima atau enam. Sekitar umur delapan tahun, kita sudah tau memilih cara berpakaian. Kita lebih suka memakai pakaian cowok," ujar Oping sembari menikmati sebatang rokok.

Dalam lingkungan keluraganya, Oping belum mengungkapkan bahwa ia adalah seorang homoseksual atau menyukai sesama jenis. Walaupun keluarganya sudah tahu kalau ia memiliki perbedaan itu, tanpa Oping ceritakan kepada mereka. Keluarganya yang pura-pura tidak tahu atau hanya memilih diam ketimbang menegur atau bertanya ke Oping kalau ia adalah lesbian. 

Makanya sampai sekarang dirinya memilih belum coming out pada keluarga, tapi lebih ke coming in, bagaimana ia bisa menerima dirinya saja dulu.

"Untuk sekarang, keluarga mereka so tau kita seperti ini. Menyukai sesame jenis. Tapi mereka diam saja, mungkin karena mereka takut berbicara atau apa. Jadi untuk coming out ke keluarga itu kita masih belum, tapi untuk coming in ke diri sendiri, menerima diri sendiri itu kita sudah," tandas Oping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun