Di sekitar pondok Lirboyo pada tahun 1940-an sampai 1960-an memiliki corak demografi yang beragam. Dari sisi politik selain kelompok Nahdlatul Ulama dan kelompok Marhaenis, juga banyak terdapat orang-orang Komunis (PKI). Hal ini diakui langsung oleh para pengasuh pondok. Setelah peristiwa G30S maupun peristiwa sebelumnya yaitu Madiun Affair, banyak dari mereka yang dibantai.Â
Namun sesuai dengan doktrin yang diyakini oleh pondok Lirboyo bahwa ada tiga hak yang harus dijaminkan kepada tetangga, salah satunya adalah hak sebagai sesama manusia. Sehingga santri-santri Lirboyo tidak ikut terlibat membantai simpatisan Komunis di sekitaran pondok. Walaupun di masa silam misi land reform PKI banyak juga menyasar lahan milik ulama dan pesantren yang tidak sedikit meninggalkan jejak darah. Namun isu kebangkitan PKI di era sekarang, bagi orang-orang Lirboyo, dianggap sebagai gorengan politik oleh elit saja walau tetap harus terus diwaspadai.
Berdialog dengan para pengasuh Lirboyo memberikan khasanah berpikir baru tentang kehidupan toleransi di dalam lingkungan NU. Hal ini akan menjadi modal dasar untuk membangun komunikasi yang lebih baik dengan semua kelompok, dalam rangka mempertahankan nilai-nilai kebangsaan yang sama-sama kita anut dan yakini.
Sumber:
- Bahtiar, H. Asep, dkk. Pesantren Lirboyo: Sejarah, Peristiwa, Fenomena, dan Legenda. 2010. (Kediri: Lirboyo Press)
- Diskusi dengan pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, 4 Oktober 2017.
- Wikipedia