6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
Disjahkan bersama dalam
GLADIAN IV – 1974
Di Ujung Pandang
Bunga Rampai Pencinta Alam Ujung Pandang.
Era 80-an club-club pendaki banyak bubar, namun beberapa masih berusaha untuk bertahan. Pada 15-19 Mei 1980 di Leang-Leang Maros diadakan Jambore Variasi – Remaja Pencinta Alam & Pendaki Gunung se-Indonesia. Sempat diketahui bahwa Libra Double Cross terlibat sebagai panitia local, melalui Piagam Penghargaan atas nama Deddy a.k.a Nurdin Macca (L.039), yang ditanda tangani oleh Syariefuddin Makaritutu (Ketua Panitia) dan Yudhistira Alexander (Sekertaris). Hal ini membuktikan eksistensi LDC masih ada sampai tahun tersebut.
Pada era ini pula, dibentuk Himpunan Pencinta Alam (HIPALA) Sul-Sel, yang menghimpun seluruh organisasi yang ada di Makassar dan sekitarnya. HIPALA dipimpin oleh alm. Andi Baso Amri (anggota Paspampres). Kegiatan besar yang mereka lakukan pada saat itu adalah Bawakaraeng Trail (pendakian massal ke Bawakaraeng), dan kegiatan ini bertahan sampai Bawakaraeng Trail IV. Di basecamp pendaki Kampung Beru pada saat itu, ada plang HIPALA Sul-Sel yang bertuliskan “Medan Bawakaraeng Trail Milik HIPALA Sul-Sel, Selamat Mendaki, Tabah Sampai Akhir dalam Keyakinan” dan yang satunya bertuliskan “Puncak Gunung Bawakaraeng Milik HIPALA Sul-Sel/Pencinta Alam Indonesia”. Menurut Bang Chaerman anggota LDC paling terakhir [pada saat diskusi lepas di Aksi Bersih Pantai FPL Makassar, Januari 2010], pembentukan HIPALA merupakan bentuk control pemerintah terhadap pencinta alam, karena potensi besarnya untuk melakukan pergerakan massif kontra Orde Baru. Terlepas dari itu, bahwa HIPALA Sul-Sel telah turut mewarnai perjalanan aktifitas pencinta alam di Makassar.
Pada masa yang hampir bersamaan, muncul 2 (dua) kelompok pencinta alam yaitu Kharisma Nolsatu Bawakaraeng (di kemudian hari berganti nama menjadi Kharisma Indonesia – Serikat Cinta Alam/KISCA), yang digawangi oleh Guntur Saputra, Umar Arsal, Asmin Amin, Kamran dll., dan Ikatan Pencinta Lingkungan Hidup – Mattoanging (IPLH-Mattoanging), yang dibesut oleh Maladi, Maxi, Angky, Amir dll. Kharisma lahir di SMA 1 Makassar (SMANSA), karena seluruh pendirinya adalah siswa SMANSA. Namun pada saat banyak anggotanya telah lulus pada tahun 1982, maka Kharisma dibawa keluar dari SMANSA oleh anggotanya dan bersekertariat di Jln. Bontolempangan (kediaman Guntur). Berbagai prestasi mereka torehkan pada zamannya. IPLH sering juara lomba kebut gunung, sedangkan Kharisma lewat anggotanya Kamran, menjadi pelopor Rock Climbing di Makassar. Kharisma juga patut diacung jempol atas penemuan beberapa gua di Maros dan Lembah Kharisma di jalur perlintasan Gn Lompobattang-Gn Bawakaraeng. Kedua organisasi tersebut turut membidani lahirnya beberapa Mapala dan KPA (termasuk Mapala UMI pada tahun 1981, sebagai Mapala tertua di Makassar) [diskusi via internet dengan Rahmat Zainuddin, pendiri Kalpataru]. Era berikutnya lahir Chipipa’X (Cinta Hidup Ikrar Pemuda Indonesia Pencinta Alam “Sepuluh Oktober”) didirikan oleh Andi Idham, Andi Ilham dll, yang juga merupakan barometer pencinta alam pada zamanya.
MAPALAUMI, sebagai bond Mahasiswa Pencinta Alam tertua, hakikatnya sudah berkegiatan sejak 1978. Bermula dari study club di beberapa fakultas yang senang mendaki ke gunung,antara lain: UPATI di Fak. Teknik, MANJULUNG dari Fak. Ekonomi, dan ITH dari Fak. Hukum. 23 Oktober 1983nama Mapala UMI diresmikan oleh rektor dengan ketua pada saat itu adalah FaisalKasaming, yang kemudian tanggal tersebut diperingati sebagai hari milad MapalaUMI. Angkatan diksar pertama Mapala UMI adalah Serigala (1981), disusul Harimau (1983), Singa (1986), Macan (1987) dst. [sumber:MAJALAHSAVANA-FMI SULSEL, Edisi 2 Maret-April 2014, wawancara dengan Armansyah].
Pada 10 Oktober 1982, sekelompok siswa SMANSA mendaki puncak Bawakaraeng. Mereka bertujuan mendirikan organisasi pencinta alam bagi siswa-siswi SMANSA, karena wadah sebelumnya sudah tidak ada lagi (Kharisma sudah dibawa keluar). Kemudian lahirlah KPA Kalpataru SMANSA Ujung Pandang sebagai bond Siswa Pencinta Alam tertua di Makassar. Pendirinya a.l. Rahmat Zainuddin, Yusran Palengkey, Adhe Syumaatmadja, Nanang Achsan, Nuralam Parjono, Fachruddin, Aditya, Eko, Asrul Yani, Yani Abidin, Syamsuddin, Adam Andi Oemar, Jefry dll.