Mohon tunggu...
Alan Singkali
Alan Singkali Mohon Tunggu... -

aktifis Salemba 10

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Pencinta Alam Makassar Sulsel

31 Mei 2014   08:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:54 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Sebenarnya upaya penggabungan ini adalah design militer (Komando Daerah Kopkamtib) untuk membendung potensi cross boy yang besar pada saat itu di klub-klub tersebut, jadi mereka "dialihkan" ke kegiatan pencinta alam, band, otomotif, dan publishing newsletter yang pada saat itu namanya Semangat Baru. [Tulisan: Geng dan Negara Orde Baru by Loren Ryter-Center of Southeast Asian Studies, Univ. Michigan USA. etnohistori.org]

Cikal Bakal Pendakian Gunung di Jawa.

Kegiatan mendaki gunung di Jawa sebagai kegiatan pemuda, sudah dimulai sejak tahun 50-60an, ditandai dengan terbentuknya Perhimpoenan Petjinta Alam (1953) di Jogja [artikel Norman Edwin, Majalah Mutiara 20 Juni-3 Juli 1984], Ikatan Pentjinta Keindahan Alam – Indrakila (1955) di Malang, serta yang fenomenal adalah terbentuknya Wanadri di Bandung serta Mapala Pradnya Paramitha di Jakarta (cikal bakal Mapala UI) tahun 1964. Pendakian Gunung Semeru, Slamet, Gede-Pangrango dan lain-lain mulai ramai oleh klub-klub pendaki tersebut. Bahkan, mereka cenderung berlomba-lomba menaklukkan puncak-puncak gunung.

Agustus 1967, Mapala Pradnya Paramitha UI dibawah pimpinan Soe Hok Gie mencapai puncak Gn Slamet (3422 mdpl). Padahal sebelumnya Junghunh (ahli biologi kebangsaan Belanda) mendaki dengan tangan merangkak ke puncaknya, dan Wanadri ditemani rombongan RPKAD yang mendaki dari lereng selatan, membutuhkan waktu 11 jam tanpa henti. [Zaman Peralihan.2005-So Hok Gie & Kompas 14,15,16,18 sep 1967].

Tahun 1970, Top Mountain Stranger – 7 (TMS-7) Malang melalui Karangploso, lebih dulu mencapai puncak Gn Arjuno dari pada Young Pioneers Mountain Climber – Malang yang naik dari Sumberbrantas Cangar. Persaingan-persaingan seperti ini sangat keras di kalangan Club Pendaki Gunung di era 60-70an walaupun persaudaraan tetap erat. [Bersama Alam Kami Berhimpun-YEPE.2009 hal. 144]

Kecelakaan pertama di dunia pendakian gunung di Jawa, dialami oleh Soe Hok Gie (MAPALA UI) dan Idhan Lubis (anggota KAPPI) pada Desember 1969 di Puncak Mahameru, diikuti oleh Soebijanto dan Tony Wahyu (Young Pioneer Malang) pada Februari 1972 di Gunung Ayek-Ayek yang masih di dalam lokasi Pegunungan Semeru. [Bersama Alam Kami Berhimpun-YEPE.2009]

Gladian Nasional – Wanadri.

Februari 1970 tepatnya tanggal 25 – 29, Wanadri menyelenggarakan GLADIAN yang bertujuan meningkatan kemampuan anggotanya dalam bidang petualangan. Bertempat di Tebing Citatah Jawa Barat, peserta Gladian pertama dominan anggota-anggota Wanadri sendiri, namun dari Jawa Timur diundang khusus 2 (dua) perhimpunan yaitu, TMS-7 Malang dan Kapuronto Fakultas Hukum UNAIR Surabaya. Melalui forum inilah Gladian berikutnya dikonsep menjadi ajang nasional, dan TMS-7 siap menjadi penyelenggaranya di Malang. Penyelenggaraannya diputuskan satu tahun terhitung tanggal penyelenggaraan Gladian I di Citatah, berarti paling lambat Februari 1971. Maka segeralah dibentuk Panitia Lokal di Malang yang diberi nama Badan Kontak Pencinta Alam Malang yang menurut usulan Kol. (inf) Soewandi (Komandan KODIM Malang) sebaiknya melibatkan organisasi sejenis yang pada saat itu sudah ada di Malang, a.l IPKA-Indrakila (1955), Young Pioneers (1969), Adventurer & Mountain Climbers (1969), dan TMS-7 sendiri. Namun di kemudian hari IPKA-Indrakila menyerahkan sepenuhnya penyelenggaraan kepada organisasi-organisasi yang lebih muda tersebut (pasrah bongkokan), dan Young Pioneers mengundurkan diri dan tak bersedia mengikuti Gladian Nasional ke-II tersebut. Akhirnya setelah tiba saatnya, penyelenggaraan Gladian Nasional II yang dipusatkan di wilayah Batu-Malang berjalan dengan sukses dan dihadiri banyak perhimpunan pendaki gunung a.l. Wanadri Bandung (Mas Is, Rony Kebo, Saryanto Sarbini, Mas Pendi), Extemasz Bandung (Djoni Djanaka), bahkan Rinjani Arga Club dari Mataram dan Pencinta Alam SMA 1 Denpasar juga hadir. Pada Gladian ini telah dirumuskan konsep Kode Etik Pencinta Alam, yang pada akhirnya disempurnakan  pada Gladian ke-IV di Ujung Pandang. [TMS-7—Mitra Kelana.24 Agt 2007]. Pada bulan Desember 1972, kembali diadakan Gladian Nasional ke-III. Kali ini diadakan oleh Badan Koordinasi Pencinta Alam dan Penjelajah Alam se-Jakarta, bertempat di Pantai Carita, Labuhan, Jawa Barat.

Gladian Nasional ke-IV.

Pada kesempatan Gladian Nasional ke-III di Pantai Carita, Azis Longgari dengan beberapa teman dari Mountain Climber Association – Libra Double Cross Makassar mempersiapkan diri untuk hadir. Namun di dalam perjalanan, tidak diketahui apakah sebelum atau setelah mengikuti Gladian tersebut, Azis Longgari tewas akibat jatuh dari atap kereta di dekat Cirebon Jawa Barat dalam usahanya mengikuti Gladian tersebut. Duka cita yang mendalam bagi dunia pencinta alam di Makassar, apalagi Gladian berikutnya akan dilaksanakan di Ujung Pandang pada akhir 1973. Azis Longgari dikenal sebagai pioneer pendakian gunung di Makassar bahkan Sulawesi Selatan. Beliau bahkan sudah menaklukkan Gn Kinabalu (14000 kaki) di Malaysia Timur, bahkan konon yang pertama dari Indonesia [Tempo Online.17 Feb.1973, juga diskusi via internet dengan Rahmat Zainuddin, pendiri Kalpataru Smansa].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun