BUNGA RAMPAI PENCINTA ALAM MAKASSAR
Alan Christian
Forum Pemerhati Lingkungan – Makassar (FPL-M)
Sejarah pencinta alam Kota Makassar, ataupun Sulawesi Selatan diawali dengan terbentuknya beberapa Club Remaja yang kegiatannya adalah nge-band, otomotif,long march dan mendaki gunung antara lain seperti Gembel(Syahrul YL), Antariksa (Dg. Ancu Sirajuddin), Pathandos, Black Cats, dan Egos.
Kisah tentang petualangan di beberapa gunung oleh Gembel Club yang didirikan oleh Andi Baso Aries, Achmat Kalla, Arie Syamsuddin, Syamsul Arief Bulu, Taswin Bachtiar,Deky Gobel, dan banyak lagi, diabadikan oleh Harian Fajar pada tanggal 20 & 21 Maret 2007 dengan judul “Mengenang Study Club Gembel Makassar”, berikut petikan tentang pendakian beberapa gunung :
.....ANGGOTA Gembel yang gemar belajar ini memiliki aneka ragam hobi, sekaligus senang bertarung. Maklum, para anggotanya senang melakukan berbagai aktivitas seperti dalam kegiatan monitoring dan penjelajahannya menaklukkan beberapa gunung. Diantaranya Gunung Bulu Saraung (1968), Gunung Latimojong dan Lompo Battang(1970), serta Gunung Bawakaraeng (1971).
Salah satu yang fenomenal adalah Mountain Climber Association – Libra DoubleCross (LDC) Makassar yang berdiri pada tanggal 10 Oktober 1969 [milad ke-41 bertepatan tanggal 10-10-2010 di PantaiAkkarena Tanjung Bunga]. Pendirinya antara lain Alm. Azis Longgari (L.001), Rudy Muchtady (L. 005), Muchtar Freddy, Papas, Makmur dll.
Kegiatan pendakian gunung yang mereka lakukan masih di sekitaran Sulawesi, seperti di Bawakaraeng, Lompobattang, Bulusaraung, dan Latimojong. Pemberian Kartu Anggota bagi peminat yang ingin masuk di klub-klub tersebut harus diserah-terimakan di puncak gunung-gunung tersebut. Sesuai dengan informasi via internet dari Arifin Rauf (GM Istimewa PAL-FAHUT UNHAS) dan Rahmat Zainuddin (pendiri Kalpataru Smansa) basecamp pendaki pertama-tama di jalur Gunung Bawakaraeng adalah sebuah rumah di Kampung Beru yang dijadikan tempat melapor jika hendak naik ke Bawakaraeng. Jalur Lembanna dibuka oleh LDC, karena sebelumnya penduduk naik lewat Lombasang. Perjalanan ke Bawakaraeng dulu tidak semudah sekarang. Dulu di era `60 sampai awal 70-an, Bawakaraeng bisa ditempuh berhari-hari karena hutannya yang lebat yang dapat membuat orang tersesat, ditambah lagi kita harus sudah mulai trekking dari Kota Malino, sebab belum ada kendaraan yang sampai ke Kampung Beru. Sekitar tahun 1976, mulai terjadi perpindahan sebagian penduduk Kampung Beru dan Bulu’ Ba’lea ke sebuah kawasan perkebunan sayur di sebelah barat daya, yang kemudian di sebut Lembanna [sekitar tahun 2005, kawasan ini diklaim oleh oknum TNI sebagai miliknya namun mentah di pengadilan]. Perpindahan ini menyebabkan berpindahnya pula basecamp pendakian dari Kampung Beru ke Kampung Lembanna hingga saat ini.
Klub-Klub tahun 70-an, selain melakukan kegiatan mendaki gunung, juga melakukan berbagai aktifitas lain. Otomotif, band dan olahraga adalah salah satunya. Tak jarang juga mereka long-march melintasi propinsi, seperti dikutip di TEMPO ONLINE bertanggal 17 Februari 1973:
….Bila masa liburan tiba, remaja-remaja ini ramai-ramai berlomba jalan jauh atau mendaki gunung. Dalam surat keterangan yang diberikan disebutkan, dilarang minta bantuan, kecuali kalau memang terpaksa sekali. Kalau ada keluhan dari sementara daerah yang mereka lewati, itu kesalahan para pejabat sendiri, kenapa mau memberi bantuan. Sampai kini sudah ada 11 club jalankaki jarak jauh ke Menado dari Ujung Pandang, melewati hutan belukar dan berkenalan dengan suku-suku terasing di Sulawesi Tengah. Jarak yang cukup jauh bagi pejalan kaki, mereka tempuh dalam 2 bulan. Kini ada di antara mereka yang masih dalam perjalanan….
Pada Mei 1972, sudah terbentuk Badan Kerja Sama Club-club Antar Remaja Pencinta Alam se-Ujung Pandang, dengan anggota 2000 orang yang berumur rata-rata 15-25 tahun. Semula hanya 36 club bergabung. Akhir tahun 1972 menjadi 164. Dan mungkin karena bosan, jumlah ini menyusut tinggal separo pada awal 1973. Badan Kerja Sama dibentuk dengan susunan kepengurusan: Ketua Umum, AKBP Andi Amdurrachman (Komandan Kepolisian Kota Besar Ujung Pandang); Ketua Pelaksana, Kompol Drs Arief Wangsa; serta Ketua I Azis Longgari. Kepengurusan dipimpin oleh polisi-polisi karena Club-club tidakmau dipimpin anggota club lain, karena mereka bersaing satu sama lain.[Tempo Online.17 Feb.1973]