Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Ratu Kebab

12 Agustus 2015   19:31 Diperbarui: 12 Agustus 2015   19:31 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokumen pribadi. Alan Budiman Mbak Nilam Sari dan Mbak Avy"][/caption]

Sebuah kebetulan yang luar biasa dan suatu kesempatan yang sangat langka bisa saya dapatkan saat duduk dan mengobrol langsung dengan Mbak Nilam Sari, owner Kebab Turki Baba Rafi.

Dari sekian menit presentasi-motivasi ala Mbak Nilam, ada beberapa hal yang bisa saya tangkap namun tidak secara langsung disampaikan oleh beliau, berikut ini beberapa point penting tentang kisah perjalanannya.

Menjawab Tekanan

Cerita Kebab Turki ini dimulai sejak Mbak Nilam dan suaminya menjadi pasutri muda. Umurnya 19 tahun dan masih kuliah. Setelah melahirkan anak, kemudian mucul tekanan tambahan akan kebutuhan hidup, living cost. Setidaknya bayi memerlukan popok dan susu.

"Saya mudah hamil. Suami bersin aja, saya bisa hamil" kelakarnya.

Saat tertekan itulah kemudian muncul ide untuk jualan. Jualan apa? Yang jelas bukan nasi goreng karena Nilam muda sangat tidak bisa masak. Maka pilihannya waktu itu adalah burger. Modal awal menggunakan uang hasil salam tempel dari resepsi pernikahan.

Burger yang semula hanya mengandalkan 1 gerobak itu kemudian berkembang hingga menjadi 6 gerobak di beberapa titik di Surabaya. Sukses? Bisa dibilang seperti itu.

Dari kata pembukaan ini saya menangkap bahwa Mbak Nilam berhasil mengolah tekanan. Kadang, kita harus tertekan atau dipaksa dulu agar bisa mengeluarkan potensi terpendam. Seperti kita yang berhasil menulis panjang lebar ketika harus menjawab soal essay, atau seperti odol yang harus ditekan dulu baru keluar isinya. 

Menghadapi Masalah

Setelah 6 gerobak beroperasi di beberapa titik, rupanya itu adalah akhir dari perjalananan bisnis burgernya. Ada pendatang baru dengan modal melimpah dan berhasil 'mencuri' ide Mbak Nilam dan suami. Pesaing ini kemudian mematenkan produknya, menjual dengan selisih harga lebih murah dan memaksa 6 gerobak Mbak Nilam tutup.

"Sempat ada petugas yang memberi warning pada kami waktu itu, dan berakhirlah gerobak-gerobak tersebut."

6 gerobak itupun kemudian diparkir manis di depan halaman rumahnya, untuk dipandangi setiap sore menjelang malam. Seolah tak percaya hal itu terjadi pada mereka.

Untuk menghilangkan kejenuhannya, Mbak Nilam dan suami jalan-jalan ke Qatar. Menemui saudaranya dan sekalian mencari inspirasi. Dari sinilah awal mula kebab Turki Baba Rafi. Rafi adalah nama anaknya, dan Baba untuk men-timur tengahkan.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, tahun 2003 Mbak Nilam dan suami memulai dari nol dan membentengi produknya dari masalah paten dan hukum. Bisnis rumahan ini berkembang pesat dan di gerai ke 30 kemudian secara resmi memulai sistem franchise untuk mempercepat usahanya. 2005, setelah menjadi franchise, Kebab Turki Baba Rafi memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta. Setelah beberapa tahun, seperti yang kita lihat sekarang, lebih dari 1,000 outlet di Indonesia, puluhan outlet di Malaysia dan Filipina. Franchise local yang goes intenational.

"Kami baru selesai menjajaki Brunei dan Belanda. Selanjutnya kita targetkan Singapore" ucap Mbak Nilam.

Sebuah jalan keluar yang luar biasa. Gagal di 6 gerobak, namun kemudian bangkit dengan produk baru dan hampir menjangkau 6 negara.

Tidak salah kalau Mbak Nilam mendapat julukan young entrepreneur. Beliau juga mendapat penghargaan young caring award yang diadakan oleh young caring Martha Tilaar. Kini bisnisnya tidak hanya kebab, ada juga mee dan roti John.

Berbagi Pengetahuan

Selain bisnis, Kebab Turki ini juga memfasilitasi kelas gratis bagi usahawan muda yang nanti pematerinya adalah para manager dan Mbak Nilam sendiri. Tujuannya adalah untuk mengajari para pebisnis pemula. Materinya bermacam-macam, mulai dari kontrak karyawan hingga izin usaha. Sekilas saya tangkap beliau tidak ingin apa yang terjadi pada dirinya dulu, kembali terulang dan terjadi pada orang lain. Itulah mengapa beliau memberi kursus gratis padahal kita tahu hal tersebut adalah materi mahal.

Inovatif

Jika pembaca pernah membeli Kebab Baba Rafi, pasti merasa nyaman karena dapat memakannya tanpa belepotan. Kita tinggal menarik kertas dan kebabnya seperti lift yang naik ke atas, lalu kita bisa makan, aeeemmm.

Selain itu, di Filipina dan Malaysia mereka tidak menjadi Franchise pinggiran, melainkan outlet besar ala mall yang rapi dan ekslusif, disesuaikan.

Setelah memberi presentasi, maka tibalah saatnya tanya jawab. Mbak Avy sebagai moderator sempat mencari-cari dan para blogger nampak hening. Dan inilah kesempatan saya mengobrol dengan Mbak Nilam.

Kesempatan luar biasa nan langka ini sempat membuat saya lupa banyak hal, termasuk lupa nama Mbak Nilam sendiri dan lupa memperkenalkan diri saking antusiasnya. Haha. Beruntung Mbak Avy mengingatkan.

"Oh iya, nama saya Alifurrahman. Kalau di Kompasiana namanya Alan Budiman, teman-teman bisa googling dengan nama itu insyaallah ketemu" ujar saya.

Sebenarnya ada 4 hal yang ingin saya tanyakan, namun baru 3 pertanyaan saja sudah terlalu lama.

Saya sempat bercerita bahwa di Malaysia sedang booming franchise kecil yang tersebar di mana-mana ala Kebab Baba Rafi di Indonesia. Jadi kalau Mbak Nilam terfokus pada outlet yang besar nan ekslusif, saya pikir harus segera direvisi.

"Oh iya saya tau di sana ada juga beberapa franchise yang mengandalkan gerobak dan ruang kecil. Tapi mungkin kita masih ada sedikt masalah di perizinan" jawabnya.

Nah soal izin ini menarik. Saya sedikit tahu soal izin usaha di Malaysia. Namun karena hal ini terlalu detail, jadi tidak saya utarakan saat berada di atas panggung. Tapi begini, di Malaysia memang banyak kedai atau restoran yang dari pekerja hingga pemilik modalnya adalah orang Indonesia. Namun karena rumitnya perizinan, maka banyak orang menempuh jalan pintas dengan meminjam/menyewa IC (Identity Card) warga setempat.

Jadi saya dapat membayangkan bagaimana 'perjuangan' Kebab Turki Baba Rafi ini bisa mendapat izin dan membuka puluhan outlet. Hanya saja perlu ada terobosan agar bisa menjamur seperti di Indonesia, karena dari pantauan saya, masyarakat Malaysia (katakanlah) lebih bisa menerima makanan non nasi, hal ini terlihat dari banyaknya gerobak burger di pinggir jalan, seperti penjual gorengan kalau di Indonesia. Menariknya, harga burger mereka tidak beda jauh dengan kebab.

Saya tau betul teman-teman dari negara Singapore, Brunei Afrika, Arab dan Eropa merupakan makhluk kebabsaurus. Dibanding makan nasi, mereka pasti lebih memilih kebab. Masalahnya kebab hanya ada di pusat kota, tidak di dekat kampus atau ruko-ruko yang biasa terdapat KFC. Maka pelariannya adalah burger pinggir jalan yang menurut saya tidak cocok dengan harga yang dipatok. Lalu kenapa tidak ke KFC? Ada sentimen produk Yahudi (bagi orang Malaysia, Singapore serta Brunei). Beruntung franchise milik Mbak Nilam ini menggunakan kata Turki sehingga saya sangat yakin ada banyak orang tidak tau ini miliknya orang Indonesia, dan selamatlah franchise ini dari sentimen ketetanggaan. Hehe.

Pertanyaan kedua saya adalah berapa lama periode down yang dialami saat itu? Jawaban Mbak Nilam saya pikir agak terlalu motivator. Andai memang benar hanya seminggu, saya pikir beliau orang yang sangat luar biasa. Ada ucapan menarik yang saya dapat dari pertanyaan ketiga. Masih berkaitan dengan periode terpuruk, seberapa yakin anda akan berhasil dengan produk baru? Sebab saya tau pasti tidak mudah pasca mengalami kebangkrutan, katakanlah begitu.

"Saya orangnya ngeyel sih Mas. Coba terus sampai goal. Karena saya yakin, pada akhirnya akan ketemu jalannya. Saya sangat meyakini itu."

Lalu pertanyaan ke 4 saya apa? Hehe. Sebenarnya ini pertanyaan rumit yang saya sendiri kurang yakin bisa menyampaikannya dengan mudah. Kira-kira begini, seberapa mudah untuk membuat produk baru, lalu kemudian besar dan tersebar di mana-mana? Saya yakin tantangan pendiri di tahun 2000 tidak sama dengan tahun 2015 ini. Masalahnya adalah setiap masa ada titik tertutupnya, seolah semua sudah ada dan kita bingung mau berjualan apa? Nah Mbak Nilam ini berhasil muncul dengan burger dan kebab yang di zamannya waktu itu memang belum ada. Pertanyaan saya, andai Mbak Nilam saat ini masih 19 tahun dan kebab Turki sudah ada, produk apa kira-kira yang ingin beliau jual? Haha cerdas kan saya? Ini mungkin agak bercanda, namun sangat serius dan bisa saya eksekusi jika jawaban Mbak Nilam cukup profitable. Hihihi. Namun pertanyaan tersebut urung saya tanyakan karena saya yakin beliau juga akan kebingungan menjawabnya, dan kalaupun ada, sudah pasti beliau bergerak dan eksekusi sendiri.

Promosi Sosial Media

Pada perhelatan Pameran Produksi Indonesia 6-9 Agustus di Grandcity Surabaya, kebab Turki milik Mbak Nilam ini ada di stan media. Dua pelayaannya memberi kebab gratis dengan syarat memposting foto sedang makan kebab di instagram. Bagi saya ini iklan yang cukup inspiratif. Tentu saja lebih ampuh dibanding pasang banner atau iklan di media yang sifatnya untuk reminding.

Sebenarnya Kebab Turki ini sudah dalam level produk yang membutuhkan reminding, bukan memperkenalkan. Namun Mbak Nilam mungkin memang selalu out of the box. Memberi kebab gratis sebenarnya bagian dari cara mengenalkan produk, bukan reminding. Mbak Nilam menggabungkan reminding dan pengenalan dalam sekali promosi.

Di antara orang-orang yang mendapat kebab, saya yakin ada beberapa orang yang baru makan, ini yang kemudian masuk kategori pengenalan. Kalaupun mereka pernah makan, maka masuk pada kategori mengingatkan. Point plus dari one shoot ini adalah posting makan kebab instagram. Otomatis follower setiap akun akan melihat gambar tersebut. Jika mereka sudah tau maka akan masuk ketegori iklan untuk mengingatkan, dan jika belum tau maka masuk kategori iklan pengenalan. Dan promosi yang dilakukan oleh setiap akun istagram jauh lebih bisa diterima dan menarik perhatian orang karena ada unsur trust.

"Soalnya kalau kalian yang nulis, teman-temanmu lebih bisa percaya dan tertarik" ucap Mbak Nilam saat presentasi promosi sosial media.

Bahkan restoran mee yang di Jakarta sangat terbuka buat blogger. Mereka bisa dapat makan gratis dengan catatan mau mengulasnya di blog masing-masing. Saat sudah tidak di panggung, seorang blogger sempat bilang "sampai ketemu di Jakarta" yang kemudian Mbak Nilam menjawabnya antusias "siaap, ditunggu!!! Bawa teman blogger juga." Hal ini tentu kabar baik bagi KPK (Kompasianers Pencinta Kuliner).

Itulah sedikit yang bisa saya jelaskan dan bagikan lewat tulisan kali ini. Bagi saya pribadi sangat berarti dan lebih termotivasi untuk mengeluarkan produk baru seperti yang dilakukan Mbak Nilam. Mulai teringat dengan 'sesuatu' yang ada di luar dan cocok dengan lidah orang Indonesia. Mungkin setelah ada proyek goal, consultant feenya bisa dibuat modal awal. Hehe.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun