Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Fenomena Penipuan Berkedok Bisnis Online

28 November 2014   22:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:35 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Setelah VSI meredup, kini muncul seminar-seminar bisnis travel. Mirip seperti VSI namun tidak memiliki sistem MLM. Nama-nama bisnis travel ini sepertinya cukup banyak, dan saya tidak akan menyebutkan nama-namanya karena pembaca bisa mencari sendiri di internet atau mungkin sebagian kita adalah salah satu peserta seminarnya?

Beberapa bulan yang lalau seorang teman bertanya tentang potensi bisnis ini, intinya ada sistem yang dijual seharga sekian juta agar kita bisa jualan pulsa, beli tiket pesawat, hotel, dan kereta. Sistem ini dijual sangat mahal dan tidak wajar. Saya beranggapan ini karena tidak ada sistem MLM di dalamnya.

Seminar bisnis travel ini diadakan maraton di beberapa kota besar secara gratis. Dalam seminar tersebut para hadirin akan ditunjukkan demo sistem untuk bertransaksi. Seperti cara membeli tiket pesawat, kereta, dan hotel secara online. Kemudian dengan sedikit tekhnik motivasi, banyak orang kemudian tertarik untuk ikut.

Peserta seminarnya bukan puluhan, tapi ratusan orang. Ramai dan megah sekali karena biasanya diadakan di gedung.

Menurut cerita teman yang baru saja pulang dari seminar tersebut, pendaftaran awal untuk menjadi member dan mendapat sistem dengan fasilitasnya seharga di atas 10 juta rupiah. Bayangkan saja bagaimana caranya kita bisa mendapatkan balik modal hanya dengan jualan tiket kereta dan pesawat?

Namun karena ini pembodohan yang terstruktur, sistematis dan massif, maka bisnis ini dibentuk semenarik mungkin. Terbukti saat saya sarankan agar belajar sendiri untuk bisa beli tiket online, teman tersebut malah menjelaskan bahwa katanya ada proses panjang sebelum kita biaa menjadi agen tiket. Harus mengajukan proposal ke maskapai, KAI dan sebagainya. Biayanyapun katanya bisa ratusan juta rupiah. Saat saya tanya dia tau dari mana? Semuanya ada dalam materi seminar.

Memang betul ada proses panjang agar kita bisa menjadi agensi tiket. Namun point penting dari sistem yang harganya di atas 10 juta tersebut hanyalah beli tiket online. Thats it! Karena saya lumayan prihatin dan kasihan jika nantinya teman ini terlanjur bergabung, saya jelaskan bahwa pembelian online tiket ini bisa kita lakukan tanpa membeli sistem.

Kita cukup menuju website maskapai atau KAI kemudian melakukan pembayaran melalui internet banking via bank-bank lokal. Saya dan mungkin banyak orang sudah biasa membeli tiket online baik kereta maupun pesawat.

Sungguh miris sekali ini terjadi di negara kita. Bisnis-bisnis yang sulit disebut penipuan, namun sebenarnya adalah pembodohan. Kita bahkan bisa bertransaksi online for free.

Di negara maju, agensi tiket pesawat, kereta dan hotel sudah punah. Kalau ada pun merupakan branch resmi perusahaan, bukan swasta. Ada juga mesin serupa ATM yang tersebar di beberapa tempat publik dan kita bisa bertransaksi di sana, jika tidak mau bertransaksi online. Kita cukup memilih penerbangan dan memasukkan identitas, kemudian melakukan pembayaran dengan memasukkan lembaran uang yang sesuai.

Fenomena seperti ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang IT masih sangat rendah. Untuk itu pemerintah harus memberi pelajaran dan membuka wawasan masyarakatnya, bahwa semuanya bisa bertransaksi online dengan mudah, semudah kita bertransaki transfer antar bank. Jika ada orang yang melakukan seminar-seminar dengan berjualan sistem hingga lebih dari 10 juta, mumpung musim tandingan, baiknya pemerintah mau melaksanakan seminar serupa yang menjelaskan cara bertransaksi online. Karena miris juga melihat fenomena seperti ini, yang hanya menguntungkan satu pihak dengan dana dari masyarakat kelas menengah yang sebenarnya sedang ingin berwirausaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun