Sebelum ini Indonesia dilanda penipuan berkedok bisnis online, dengan skema ponzi dan keuntungan yang luar biasa besar tanpa perlu susah payah. Contohnya saja SSS, MMM dan masih banyak lagi yang mungkin tidak saya ketahui. Anda bisa membacanya di tulisan saya sebelumnya dengan judul MMM Indonesia penipuan baru yang meresahkan, maret 2014.
Modus penipuan ini muncul setelah fenomena MLM yang sempat menjamur. Sejak sekitar tahun 2005, tak terhitung berapa jumlah MLM yang beroperasi. Kenyataanya bisnis MLM ini tak pernah bertahan lama, hanya booming di awal kemudian tak terdengar lagi.
Mohon maaf kalau saya terpaksa menyimpulkan, bahwa semua produk MLM adalah produk yang tidak percaya diri untuk bertarung di pasar bebas seperti produk lain. Faktornya adalah produk yang ditawarkan bersifat sekunder. Sehingga jumlah penjualan tidak akan selaris produk pasar bebas seperti mie instan, odol, air mineral, sabun dan sebagainya. Sekalipun produk yang ditawarkan adalah salah satu dari produk yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari, pasti harga jualnya terlalu mahal dibanding yang lain sementara kualitasnya rendah.
Bagaimanapun perusahaan ingin mendapat keuntungan besar, tak peduli harganya kurang masuk akal atau produknya tidak berkualitas dan tidak dibutuhkan oleh orang banyak, perusahaan tetap ingin barangnya laku keras dengan harga tinggi tapi tidak mau beriklan. Maka solusinya adalah MLM.
MLM pasti memberikan bonus jika member atau konsumenya berhasil mengajak orang lain untuk bergabung. Bonus tersebut tentulah didapat dari uang pendaftaran awal -setiap MLM pasti ada biaya registrasi ini- yang kemudian bonus fee bagi membernya diambilkan dari uang tersebut.
Tentunya kita tidak bisa membayangkan jika produk konsumtif seperti sabun atau mie instan ada MLMnya? Mungkin yang miskin sudah bisa mendadak kaya. Sementara produk berkualitas seperti eigger, nike atau adidas, kenapa tidak ada MLMnya? Karena tanpa diajak pun orang mau membeli. Sekalipun harganya mahal. Karena sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Produk-produk seperti ini kemudian tidak akan susah payah membuat sistem MLM dan memberi membernya bonus-bonus, karena perusahaan akan lebih memilih beriklan di media secara terbuka meskipun dengan biaya yang fantastis. Dengan begitu kita mengenal dan membelinya.
Jujur sulit sekali bagi saya untuk menyatakan bahwa MLM adalah modus penipuan, tapi melihat dari mayoritas orang lebih besar modal keluar ketimbang menerima profit, tentunya ini adalah bisnis membodoh-bodohi orang kalau tidak bisa disebut penipuan.
Mungkin karena sejak sekitar 2005 masyarakat sudah dijejali dengan bisnis MLM, kita pun mulai muak dan tidak bisa menerima logika bahwa MLM ini usaha yang menguntungkan. Masyarakat mulai alergi dengan kata MLM, namun model bisnis ini tetap eksis hingga bertahun-tahun. Tentu karena faktor kelincahan member MLM yang terus kejar target member baru karena termotivasi untuk mendapat bonus.
Kini bisnis MLM ini mulai meredup dan tidak berkembang biak lagi. Mungkin masih ada sebagian, namun tidak akan seramai dulu.
Semakin maraknya gadget murah dan internet bukan lagi barang mewah, kemudian muncul bisnis-bisnis online. Awalnya bisnis online ini adalah jual beli barang namun ditawarkan secara online, dan ini benar. Yang menjadi masalah adalah penipuan berkedok bisnis online.
Mungkin sudah familiar di mata kita ada barang-barang teknhologi seperti HP dan laptop yang ditawarkan dengan harga miring. Namun saat kita membelinya, barang tidak sampai. Ini jenis penipuan lama.