Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menempuh Jalan Sunyi

13 April 2021   13:57 Diperbarui: 13 April 2021   14:05 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua minggu sejak pak Moel tak terdengar kabarnya, aku dikagetkan dengan suara dengkur seseorang tertidur pulas di teras rumah ketika adzan subuh sedang berkumandang.

"Bapak, Pak...Bapak...Pak, maaf mengganggu. Sekarang sudah subuh pak, mungkin bapak mau sholat terlebih dahulu." Aku memegang pundaknya dan sedikit memberikan guncangan agar bapak yang tidur di teras tanpa ijin ini, bisa bangun dan meninggalkan rumahku.

"Owh iya. Maaf ya Nak. Bapak numpang tidur tanpa permisi terlebih dahulu. Maklumi saja ya Nak, bapak baru dari perjalanan jauh, kelelahan dan terpaksa tidur di teras ini."

"Baik bapak. Tidak masalah kok pak. Hanya saja, sekarang sudah subuh, lebih baik bapak sholat subuh dulu kemudian melanjutkan tidur lagi nanti di gazebo depan rumah, di luar pagar rumah ini bapak." pintaku dengan sopan.

Selesai sholat subuh, aku mengajak bapak tadi untuk makan terlebih dahulu di gazebo sambil lalu berbincang-bincang dan mencari informasi terkait gerangan apa yang membuat bapak ini harus tinggal di jalanan.

"Saya teman pak Moel Nak. Kalau tidak salah, dia pernah kesini." serunya.

Aku menghela nafas perlahan, nafasku pun terasa semakin berat mendengar nama orang yang disebut adalah orang terakhir yang bertamu ke lingkunganku ini dan merenggut nyawa tetangga yang sedang dalam kondisi prima. Dia datang tak diundang pergi pun tak diantar, hanya menyisakan kematian dan tangisan keluarga yang ditinggalkan.

"Maaf pak. Maksud bapak?"

"Iya. Pak Moel yang memakai sarung hitam, baju hitam lengan panjang dan kopyah hitam."

"Selalu memegang tasbih hitam juga pak?" tanyaku penasaran untuk memastikan bahwa apa yang aku pikirkan adalah sebuah kesalahan.

"Iya benar Nak. Terakhir dia datang ke daerah ini, ke rumah itu dan mengajak salah satu anggota keluarganya pergi." menunjuk ke rumah tetanggaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun