"Iya"
"Lantas untuk apa bendera ini? Lagian seperti kurang kerjaan saja, mengumpulkan kita bertiga disini hanya karena bendera Belanda ini, usang pula. Belum lagi aku harus meninggalkan istri dan anakku yang sedang demam di rumah karena terburu-buru." gerutu Kakak pada Ayah.
"Kak, sabar Kak. Dengerin dulu penjelasan Ayah." seruku menenangkan Kakak.
Ayah kemudian menjelaskan bahwa sebelum Kakek meninggal, dia berwasiat pada Ayah untuk mengumpulkan kami bertiga di rumah kakek ketika usia adik sudah masuk 17 tahun. Apa yang ayah lakukan, mulai dari telepon dini hari, mengumpulkan kita di rumah Kakek adalah bagian dari wasiat yang wajib dilakukan karena janji sudah terlontar.
"Kakek meminta Ayah untuk meminta kalian menentukan warna apa yang ingin kalian pilih dari bendera Belanda ini." Ayah menjelaskan.
"Untuk apa Ayah?" tanyaku penasaran.
"Sudah nanti Ayah jelaskan, yang penting kalian tentukan pilihan, apakah mau memilih warna merah, putih dan biru dari bendera Belanda ini."
Kami bertiga, aku, Adik dan Kakak terdiam sejenak memikirkan warna apa yang harus dipilih ditengah-tengah pikiran sedang disibukkan tanya perihal apa sebenarnya yang akan terjadi jika memilih warna yang nanti akhirnya dianggap pilihan benar atau salah.
"Baiklah, kita mulai dari kamu. Kamu mau pilih warna apa?" tanya Ayah pada Kakak.
"Merah."