Keadaan tersebut membuatku berpikir bahwa ada kejadian buruk di rumah, entah adik sedang sakit, kecelakaan atau hal buruk lain sedang menimpanya. Dan pemikiran semacam ini wajar saja muncul dalam pikiranku karena memang selama ini adikku sering bikin ulah.
Untuk menghempaskan rasa khawatirk yang muncul bertubi-tubi, dengan segera aku ke kamar mandi, ambil wudhu lalu sholat tahajud dan berdzikir hingga adzan subuh berkumandang. Bergegas dengan segera setelah sholat subuh selesai aku tunaikan, aku berkendara menggunakan mobil ke rumah ayah. Tak disangka, ternyata kakak lebih dulu tiba di rumah, sedang duduk di teras depan rumah bersama adik, ibu dan juga ayah.
"Assalamualaikum.wr.wb"
"Waalaikumsalam.wr.wb" jawab mereka.
"Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja." ucapkku dalam hati melihat semua keluarga berkumpul menikmati secangkir kopi di pagi hari.
"Ayo kita segera ke rumah Kakek kalian." seru Ayah.
"Baiklah yah." sahut Kakak seperti keberatan dengan apa yang Ayah minta.
Aku dan Adikku masuk dalam mobil Kakak. Sedangkan Ayah dan Ibu memilih untuk memakai mobilnya sendiri, terpisah dari kami. Sepertinya Ayah memberi ruang dan waktu kepada kami bertiga untuk berbagi cerita setelah lama tak berjumpa.
"Kenapa kamu tak angkat telepon Kakak? Chat Kakak juga nggak dibaca." seruku pada Adik.
"Hapeku disita sama Ayah sejak kemarin Kak."
"Owh. Pasti kamu bikin ulah lagi ya."