"Sudah diam saja. Apa yang kamu baca tak sanggup membakarku. Sudah diam seribu bahasa dan perhatikan saja kata-kataku." Serunya.
Kali ini aku menurut permintaannya untuk diam saja tak melakukan apa-apa. Bahkan di dalam pikiranku saja pun aku sama diamnya, tak berkutik untuk memikirkan sesuatu hal apapun.
Melihat diriku yang menuruti permintaannya, sosok itu terlihat begitu senang. Terlihat dari raut wajah yang semula tertawa menyeramkan, kini tersenyum seperti sedang mendapatkan kado ulang tahun dari orang tersayang.
"Baiklah. Aku punya satu solusi jitu dengan apa yang kamu inginkan. Jalan keluar agar cerpenmu bisa lolos kurasi dan publish di media online ternama. Tak perlu ayam jantan hitam pekat, tak usah bunga tujuh warna, tak butuh air dari tujuh sumur, bahkan tak butuh mantra apapun. Intinya, tak ada syarat yang perlu kamu penuhi agar tulisanmu bisa lolos untuk dipublikasi." serunya padaku.
"Wah dasar iblis. Jangan dipercaya! Ujung-ujungnya juga nipu." suara hati mengingatkanku.
"Tenang saja. Tak perlu menaruh curiga padaku. Cukup kamu lakukan apa yang aku rekomendasikan saja. Tak perlu banyak tanya, tak perlu banyak protes apalagi menganggap karya tulis orang lain tak layak untuk publish. Itu namanya meremehkan dan itu sangat dilarang."
"Sejak kapan iblis jadi baik seperti ini. Jangan-jangan ini tipuannya." Pikirku.
Tetap terdiam di sudut musholla dalam rumah memerhatikan dengan ketakutan apa yang dikatakan oleh sosok yang tiba-tiba saja datang disaat pagi menjelang, pintu rumah masih terkunci rapat, jendela pun masih belum terpapar udara lewat.
Aku memberanikan diri perihal apa yang harus aku lakukan agar semua karya tulis yang aku buat, baik artikel, narasi atau cerpen bisa selalu lolos di media, terutama media online ternama.
Sosok itu pun mengungkapkan bahwa aku harus menuliskan apapun yang muncul dalam pikiranku. Menyusunnya dengan rapi, kemudian mengirimkan sebanyak-banyaknya ke berbagai media yang ada, dan bukan hanya duduk diam , melamun saja di depan layar computer tanpa ada tindakan selanjutnya.
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari, sejak aku duduk di depan layar computer pukul 20.19 WIB membangun cerita hanya dalam pikiranku saja tanpa mengetikkan satu kata pun.