Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pukul 1 Dini Hari

28 Februari 2021   06:40 Diperbarui: 28 Februari 2021   06:45 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aaaah. Cerpen seperti ini saja lolos. Bahkan jumlah katanya sangat pendek, tak sampai 1000 kata atau setara dengan 6000 karakter. Lah cerpenku yang rata-rata hampir 1500 kata dengan cerita layaknya film kore, justru ditolak di berbagai media." gerutuku pada diri sendiri.

Sejenak kemudian aku berpikir, apa yang salah dengan karya tulis yang aku buat berupa cerpen. Apakah kesalahannya terletak dari alur cerita yang aku bangun, diksi yang aku pilih atau justru karena cerpen yang aku buat selalu menggunakan sudut pandang orang pertama. Entahlah, aku tak bisa menemukan jawaban dari permasalahanku ini hingga akhirnya aku terlelap dengan layar monitor terus menatapku tanpa lelah.

***

Suara adzan mulai terdengar sanyup-sanyup ditelingaku. Perlahan aku membuka mata dari tidur lelap semalam, terlelap duduk diam ditatap layar monitor yang masih terus terjaga sepanjang malam hingga subuh menjelang.

Aku regangkan tubuhku, mulai dari menolehkan kepala ke kanan, ke kiri, menganggukkannya ke bawah dan menengadahkannya ke langit-langi kamar, tampak begitu banyak sarang laba-laba yang aku biarkan agar kamarku tampak hidup dengan kehadiran laba-laba yang mencari makan. Aku buka lebar-lebar tangan ke samping kanan dan ke kiri dengan sedikit menguap tanda otak kekurangan oksigen di kamar yang pengap.

" Ya Tuhan, aku tertidur. Tapi terima kasih lah, hari ini aku masih bisa bangun, melihat dunia dan melihat lagi catatat penolakan-penolakan cerpen yang aku kirim ke berbagai media secara bergantian." ungkapku dalam hati menuju kamar mandi.

Sarung, kopyah dan tasbih aku jadikan property menghadap Ilahi ketika selesai dari kamar mandi.

"Tuhan. Aku memohon kepadaMu dengan segala kelemahanku, dengan segala ketidakberdayaanku, dengan segenap hatiku, aku memohon dengan sifat kasih sayangMu, dengan kuasaMu, dan kemahakayaanMu akan ilmu, bimbing aku, bekali aku, ajari aku, modali aku, agar bisa menghasilkan banyak karya yang fonemenal, karya yang bermanfaat untuk manusia Indonesia dan dunia, karya yang bisa menginspirasi generasi selanjutnya, bahkan seribu generasi setelahku. Baik itu berupa film, buku, cerpen, novel ataupun karya ilmiah yang luar biasa. Jadikan setiap apa yang aku pikir adalah pikiranMu, setiap yang aku ketik adalah dariMu, setiap apa yang muncul dibenakku, adalah inspirasi dariMu. Mohon kabulkanlah doaku ini ya Tuhan." doaku selesai mengucap ribuan dzikir di sudut musholla dalam rumah.

"Hahahaha. Dasar manusia bodoh. Kenapa malah meminta kepada Tuhan. Tuhan tak akan pernah menyegerakan apa yang kamu inginkan." kata seseorang disampingku.

Aku terhenyak kaget mendengar dan melihat sosok yang tak aku kenal berada tepat tak jauh dariku. Perasaan takut lalu menggerayangi pikiranku. Bulu kuduk pun mulai berdiri satu persatu. Aku berpikir bahwa sosok itu adalah iblis, jin atau setan yang sedang mencoba merayuku agar aku terjerumus dalam kesesatan ditengah pengharapan begitu besar kepada Tuhan sang penguasa alam.

Dzikir-dzikir pengusir setanpun aku baca. Ayat-ayat suci pun aku ucapkan lantang dihadapannya. Tapi ternyata, semua itu sia-sia, sepertinya dia kebal akan bacaan yang mampu mengusir setan yang seringkali digunakan oleh para pakar yang sedang mempertontonkan seseorang yang sedang dirasuki makhluk tak kasat mata di layar televisi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun