VOC adalah serikat dagang internasional, yang bertujuan untuk mengeksploitasi bahan rempah-rempah untuk dijual ke luar negri. Untuk meminimalisir keuangan, maka diambilah pekerja-pekerja yang disiksa secara ekonomi yaitu masalah upah kerja yang mencekik leher pekerja, maka diambilah para pekerja-pekerja dari Indonesia timur.Â
Mengapa? Karena Indonesia timur secara letak geografis tidak terlalu jauh dari wilayah Batavia, dibanding dengan pekerja-pekerja dari India dan China yang membutuhkan waktu beberapa bulan, sedangkan Indonesia timur hanya memerlukan waktu dua minggu. Masyarakat Batavia sangat kompleks kehidupanya meliputi banyaknya etnis-etnis yang hidup berbarengan dengan etnis Betawi.
Etnis China misalnya, China adalah adalah negara yang populasinya sangat banyak di Indonesia. China datang ke Indonesia sejak zaman kerajaan. Disinilah orang-orang China mulai dari berdagang sampai menjadi budak. Belanda juga mengimpor pekerja dari China, akan tetapi setelah perkerjaanya sudah selesai, orang-orang China enggan balik ke negaranya, banyak yang menetap di Jakarta dan mencari tempat yang nyaman dan strategis untuk perkembangan bisnis dan juga kelangsungan hidupnya.Â
Hal ini juga serupa untuk etnis-etnis Indonesia lainya, para pekerja yang diperjakan oleh Belanda katakanlah orang-orang Makassar, Ambon dan wilayah-wilayah Indonesia timur lainya juga menarik perhatian Belanda. Alasanya ialah, orang-orang timur Indonesia adalah orang-orang yang giat dalam bekerja secara fisik, selain itu letak geografis yang jauh antara Batavia dan wilayah Indonesia timur guna menghambat persatuan dan kesatuan yang mengancam eksistensi perdagangan Belanda. Kita tahu, mengapa Belanda enggan memperkerjakan orang-orang Jawa, salah satu alasanya ialah ketakutan Belanda jika orang-orang Jawa bersatu dan itu dapat membahayakan Belanda di Batavia.
Periodesasi masyarakat Betawi tahun 1942-1980
Sejarah Jakarta periode 1942-1949 adalah titik kebingugan, kuasa atas kota Jakarta dari berpindah dari satu pihak ke pihak lain, bahkan masa dimana kota ini pernah dikuasai tiga pihak dalam waktu bersamaan.Â
Pada era inilah Batavia diganti, menjadi Jakarta. Pada tahun ini juga Jakarta dikuasai oleh Jepang. Jepang mengambil alih Jakarta dan langsung melakukan reorganisasi di Jakarta. Selain merubah nama dari Batavia ke Jakarta, Jepang juga mengupayakan penghapusan pengaruh Belanda. Salah satu aksi Jepang ialah menggusur patung pendiri Batavia yaitu Jan Pieterszoon Coen dari kehormatanya di Waterlooplein. Selain itu jalan-jalan dengan nama eropa pun diubah menjadi nama Jepang atau Indonesia. Misalnya, Van Heutsz Boulevard menjadi jalan Imamura dan Oude Tamarindelean menjadi jalan Nusantara.
Setelah kemerdekaan, Jakarta tetap menjadi kota penting bagi perkembangan Indonesia. Selain menjadi kota diplomasi, Jakarta juga menjadi basis para transmigran untuk mengadu nasib di Jakarta. Menurut Stephen Wallace yang terdapat didalam buku Muhadjir, komponen atau lapisan terbaru bahasa dan budaya Betawi berlatar adanya migrasi besar-besaran yang dilakukan secaraindividu yang melanda kota Jakarta.Â
Migrasi itu memuncak sesudah masa kemerdekaan Indonesia, setelah Jakarta menjadi ibukota Republik Indonesia. Perpindahan penduduk secara individu menempatkan etnis penduduk asli, kaum Betawi, menjadi bagian kecil masyarakat Jakarta dewasa ini. Kelompok-kelompok etnis pendatang baru bersama kelompok etnis Betawi, membentuk masyarkat metropolitan, dengan bahasa Betawi yang diperbarui sebagai alat komunikasi antar kelompok penduduk Jakarta.
Pada akhir abad 19 penduduk asli Betawi terdiri atas 72. 241 orang atau 65% dari seluruh penghuni kota Batavia berjumlah 110.669 orang. Pada tahun 1930 penduduk asli berkembang menjadi 653.400 jiwa. Pada tahun tersebut kelompok etnis Sunda dan Jawa mulai merupakan kelompok yang cukup besar mendampingi penduduk asli. Komposisi penduduk saat ini terdiri atas 64,0% penduduk asli Betawi, 24,0% kelompok Sunda dan 9,2% asal Jawa.
Migrasi besar-besaran sejak Jakarta menjadi ibukota Republik Indonesia telah mengubah secara drastis komposisi penduduk Jakarta. Pada tahun 1961 penduduk asli Betawi mengecil persentasenya dari 64% menjadi hanya 22,9% saja, persentase penduduk Sunda dan Jawa masing-masing naik menjadi 32,8% dan 25,4%.