Portugis setelah menaklukan pelabuhan seperti Malaka, Maluku, Jakarta pada tahun 1511, maka pada tahun 1522 D' Albuquerque mulai mengincar Kalapa dengan mengirim utusan ke penguasa pelabuhan itu untuk mendapatkan izin mendirikan sebuah benteng di Kalapa. Penguasa Kalapa menerima perjanjian dengan Portugis itu karena mengharapkan bantuan dari ancaman kerajaan Islam dari Jawa yang sudah menguasai sebagian besar pantai utara Jawa Barat, mulai dari Cirebon hingga ke Banten.
Namun, sebelum orang Portugis sempat mendirikan benteng, Sunda Kelapa sudah terlebih dahulu ditaklukan oleh tentara muslim dibawah naungan Fatahillah. Kekuatan Jawa Barat yang semakin berkembang yaitu Kesultanan Banten di sebelah barat Sunda Kelapa telah mengirimkan seorang Panglima bernama Fatahillah. Untuk menaklukan kota ini dan mengubahnya menjadi negara bawahan Banten. Ia berhasil mengusir armada Portugis, lalu mengganti nama pelabuhan ini menjadi Jayakarta, atau "kemenangan dan kejayaan".
Di bawah Kerajaan Banten, Jayakarta tidak sebesar Sunda Kelapa. Kota ini berdiri dari 1619 ketika Belanda menghancurkanya. Tidak lama setelah kejatuhanya, catatan Belanda mendeskripsikan Jayakarta sebagai sebuah kota dengan penduduk sekitar 10.000 orang yang dibangun di tepi barat Kali Ciliwung.Â
Jayakarta memiliki reputasi sebagai kota perbekalan, tempat kapal-kapal dapat berlabuh di pelabuhanya yang bagus dan mendapatkan air minum yang bersih, kayu untuk perbaikan kapal, dan arak yang diproduksi oleh orang Cina yang menetap disana. Pelabuhan ini juga menjadi tempat singgah dari pedagang-pedagang India, Cina, Inggris, Belanda, dan pulau-pulau lain di nusantara untuk menunggu pergantian angin musim di sana.
Periodesasi masyarakat Betawi pada tahun (1619-1942)
Setelah takluknya Fatahillah oleh Belanda, maka Belanda mendirikan sebuah kota untuk menopang perekonomian dalam membantu persaingan dagang internasional. Belanda kala itu sedang memperebutkan sebuah kemerdekaan dari Spanyol, oleh karena itu pemerintah Belanda mengupayakan sebuah gerakan yang berbasis ekonomi. Belanda segera mengalihkan perhatianya ke Jayakarta, atau Jacatra, sebagaimana mereka menyebutnya sebagai lokasi yang berpotensi dijadikan markas besar.Â
Menurut Susan Blackburn, ada beberapa alasan mengapa Belanda mengincar Jayakarta. Adapun alasan terseput ialah, pertama, seperti Banten, pelabuhan ini dekat dengan Selat Sunda yang sering dilalui oleh kapal-kapal Belanda dalam perjalanan melintasi Samudera Hindia dari dan ke Eropa melewati Tanjung Harapan; kedua, walaupun merupakan bawahan Banten, penguasanya-Pangeran Jayakarta sudah tidak lagi tunduk pada Banten dan berupaya membangun kekayaan dan kemandirian dengan cara menarik para pedagang dari Banten. Pada 1610, sebuah kontrak ditandatangani antara Belanda dan Pangeran Jayakarta yang mengizinkan VOC untuk membangun gudang-gudang di tepi timur Kali Ciliwung.
Belanda membangun kota Batavia tidak sembarangan, pihak Belanda mengusahakan Batavia menjadi kota duplicate dari Amsterdam.Fasilitas-fasilitas telah dibangun oleh Belanda. Di tengah-tengah hutan, orang Belanda membangun jalan-jalan dan kanal-kanal yang sama seperti di negrinya. Belanda sangat memeperhitungkan sekali setiap aspek-aspek bangunan yang akan dibangunya.Â
Mulai dari kantor dewan sampai ke gudang-gudang. Belanda juga tak melewatkan membangun fasilitas-fasilitas yang sangat baik kualitasnya yaitu dengan membangun sarana-sarana transportasi darat maupun dari sungai. Seorang Jerman bernama Christopher Fryke yang mengunjungi Batavia pada 1680-an menganggap tempat tersebut lebih indah daripada Amsterdam.
Walaupun kekuasaanya sangat besar, VOC tidak mampu memberikan kesan Eropa yang sangat kuat terhadap kota ini. Agak mengherankan bahwa dengan sangat sedikitnya dengan jumlah orang Eropa yang ada, kota ini mampu terlihat seperti kota Eropa. Catatan-catan pada masa itu mencatat sejumlah besar kelompok etnis yang berbeda, tetapi tidak ada yang mendominasi. Sensus penduduk di dalam dinding kota pada 1673 menunjukkan hasil tersebut.
Disimpulkan bahwa wilayah Jakarta adalah wilayah yang terbuka untuk masyrakat dari manapun. Batavia adalah kota dimana masyrakat dari suku dan ras dari Indonesia maupun luar Indonesia dapat bergabung dan hidup di wilayah yang kita kenal Jakarta ini. Inilah cikal bakal Jakarta adalah kota dimana berkumpulnya masyarakat-masyarakat dari wilayah-wilayah seantero Indonesia hidup berdampingan dengan etnis Betawi. Mengapa orang-orang yang yang non Jakarta asli datang ke Jakarta pada saat itu? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang timbul sampai saat ini.