Setelah masuk ke kamar, Alvita menangis. Dia tidak merasa nyaman sama sekali tinggal di luar negeri. Dia kangen rumah. Dia kangen ibu. Dia kesal dengan dirinya sendiri. Semua kegundahan tersebut bercampur aduk. Semua itu membuat Alvita sedih. Sedih yang sangat mendalam.
Jika bukan karena Bang Dani, dia sekarang paling kuliah di Yogya saja. Bang Dani itu memang menyebalkan. Mengapa harus ada yang namanya Bang Dani? Mengapa ibu harus kenal dengan Bang Dani dan termakan bualannya. Bualan calo jasa pengiriman studi ke luar negeri.
Alvita terus menangis teseduh-seduh. Dia ingin sekali pulang ke Indonesia. Dia kangen tinggal di rumah Mbah. Walau mencuci di rumah Mbah pakai air sumur, dia tidak harus terjebak di dalam mesin laundri. Pasti sekarang juga dia sudah bisa nonton TV sama Mbah.
"Bang Dani memang sumber masalah," ujarnya pada diri sendiri. "Dasar orang bisnis, yang penting baginya cuma mendapatkan uang dari orangtuaku saja," lanjutnya sambil menyekah air matanya.
Alvita kemudian berdiri dari tempat dia duduk. Dia meraih hp di meja. Dengan cepat jemarinya mengetik dan mengirim pesan ke Dani.
*Bang Dani, aku mau pulang ke Indonesia besok.*
*Terserah Abang mau berbual apa lagi sama mami.*
*Aku akan beli tiket dan pulang. Aku tidak mau Abang mengatur-atur hidupku lagi.*
Alvita kemudian mengambil semua pakaiannya dari lemari dan memasukkannya ke dalam koper. Setelah selesai dengan kopernya, dia kemudian keluar kamar.
"Aizhan, aku sekarang benar-benar perlu bantuanmu," ujar Alvita.
"Iya Vita, aku pasti membantumu. Apa yang bisa aku lakukan?" tanya Aizhan sambil mendekat ke Alvita.
"Bantu aku untuk mencari tiket untuk pulang ke Indonesia ya?" tukas Alvita.
"Kamu mau pulang? Ada masalah dengan orangtuamu Vita?" tanya Aizhan penuh rasa ingin tahu.