Alvita menggunakan troli tempat pakaian sebagai penyangga. Dia naik ke atas dan segera masuk meraih pakaiannya yang sudah selesai dicuci. Ketika kakinya mencoba menjejak, dia merasakan troli yang digunakannya untuk naik telah begeser.
Dia takut sekali dan berteriak-teriak sambil mengayunkan kakinya. Untuk kedua kali Alvita melakukan tindakan yang memalukan. Memalukan dan sekaligus menunjukkan kebodohannya. Tindakan memalukan dan kebodohan akibat gegar budaya.
Gegar budaya kali ini seharusnya tidak perlu terjadi kalau Alvita membaca dan bertanya sebelum naik ke atas untuk mengambil cucian yang sudah selesai.
Mesin-mesin laundri berukuran besar itu memang bertingkat. Tapi bukan berarti dia harus memanjat ke atas untuk mengambil cuciannya. Salah dirinya tidak membaca petunjuk penggunaan dan langsung saja memanjat ke atas untuk mengambil cucian yang sudah beres. Akibatnya dia terjebak di situ dan tidak bisa turun.
Peristiwa terjebaknya Alvita di mesin cuci menjadi viral di media sosial. Untung saja hanya kakinya saja yang menjadi viral dan bukan wajahnya. Walaupun demikian, teman-teman satu apartemen, kecuali Aizhan, tetap saja menertawakannya terpingkal-pingkal ketika dia kembali dari tempat laundri.
"Vita, kamu pikir itu shower. Itu mesin cuci Vita. Tempat laundri bukan untuk mandi. Mengapa kamu memanjat dan masuk ke mesin laundri itu?" ujar Yuki sambil cekikikan di samping Aizhan.
Belum sempat Alvita menjawab, Aizhan sudah melanjutkan, "Kenapa kamu tidak tanya dulu ke kami Vita. Aku hari ini juga bisa menemanimu ke ruang laundri." Aizhan menatap Alvita dengan wajah terkesan prihatin.
"Malu aku terus merepotkanmu, Aizhan," jawab Alvita.
"Ya sudah, yang penting kamu tidak apa-apa? Aku tidak pernah merasa direpotkan. Lain kali bilang ke aku kalau ada yang kamu belum paham," ujar Aizhan sambil lanjut menatap Alvita. Tatapannya  terkesan seperti sedang melakukan skrining saja.
"Aku istirahat dulu ya," kata Alvita sambil terus dengan cepat masuk ke kamar.