Masalah Kependudukan, Gagal Berencana=Merencanakan Kegagalan
Hingga akhir tahun 2014, indeks pembangunan manusia Indonesia masih bertengger di posisi 108 dari 187 negara. Secara kasat mata, posisi tersebut juga mewakili kondisi riil dari kualitas Sumber Daya Manusia yang masih berada di atas 100. Beberapa negara Asean seperti Singapura (peringkat 9), Brunei Darussalam (peringkat 30), Malaysia (peringkat 62) yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang lebih kecil justru mampu menggungguli Indonesia. Bahkan Indonesia pun masih kalah dengan Palestina yang negaranya terus dilanda konflik dengan Israel.
[caption caption="Kompasianer Narsis bersama Kompasiana Nangkring Bareng BKKBN (Foto Dokpri)"]
Dalam acara “Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN” yang diselenggarakan di Hotel Santika, BSD City, Kota Tangerang Selatan Rabu, pada Rabu 8 Juli 2015 lalu, Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi (Adpin) BKKBN Pusat dr. Abidinsyah Siregar DHSM MKes menyatakan bahwa sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi empat masalah besar dalam bidang kependudukan, yaitu jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, persebaran penduduk yang tidak merata, dan kualitas SDM yang masih harus ditingkatkan. Kesuksesan program KB yang dilaksanakan sejak tahun 1970 telah berhasil menurunkan angka fertilitas total dari 5.6 anak per wanita pada tahun 1970 menjadi 2.6 pada tahun 2002. Namun sayangnya, angka fertilitas total tersebut tidak mengalami penurunan lagi sampai dengan tahun 2012. Demikian pula laju pertumbuhan penduduk yang terus mengalami stagnasi. Abidinsyah juga menjelaskan bahwa syarat menjadi negara maju adalah mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan memiliki SDM yang berkualitas tinggi. Menurut Abidinsyah ada 3 hal pokok yang sangat signifikan mempengaruhi ranking indeks pembangunan manusia (IPM) yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Dalam paparannya terkait konsep pembangunan keluarga berencana tersebut, Abidinsyah memberikan kata kunci betapa pentingnya pembangunan bangsa melalui pembentukan keluarga berencana dan pengendalian pertumbuhan penduduk karena “gagal berencana = merencanakan kegagalan.
[caption caption="Deputi Adpin BKKBN Abidinsyah Siregar Sedang "Menghipnotis" Kompasianer (Foto Dokpri)"]
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN, Suyono Hadinoto juga memperkuat betapa pentingnya peran keluarga dalam membangun bangsa. Selain itu Suyono juga memaparkan bahwa kesuksesan program KB yang sudah dimulai sejak era Orde Baru (ORBA), selain mampu menurunkan angka kelahiran dan menjaga keseimbangan jumlah penduduk, juga mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah usia produktif menanggung sedikit usia non produktif.