Mohon tunggu...
Ala AnnajibAsyatibi
Ala AnnajibAsyatibi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Pendosa handal dan penggemar cilok perempatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramalan Gus Dur Terbukti Nyata? (1983-1998)

13 Mei 2023   08:22 Diperbarui: 13 Mei 2023   08:24 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: indozone.id

Ketika Gus Dur diundang ke acara Kick Andy, Pak Andy F Noya bertanya kepada Gus Dur, "Gus Dur, ada satu misteri yang anda harus ungkapkan pada kesempatan ini yaitu, katanya kalau Gus Dur tidur kita ngobrol, kita diskusi Gus Dur bangun, langsung bisa nyambung. Apa betul itu Gus?"

"Saya dengarkan apa kata terakhir yang saya ingat ya. Nah, tentu mereka belum bicara jauh. Masih di situ-situ aja pasti, oleh karena itu saya...wah..disangkanya saya dengar."

Dua kata yang tepat untuk menggambarkan kelebihan gus dur adalah jika bukan orang sakti pasti seorang jenius. Meskipun dalam masa hidupnya dan juga sampai saat ini masih ada orang yang tidak setuju dengan pandangannya, tetapi sebaliknya banyak orang yang hormat dan siap membela ketika dia dihina. Salah satunya tidak lain adalah ayah saya sendiri. Ketika ayah masih dinas, ayah saya pernah hampir bertengkar dengan orang gara gara orang tersebut menghina Gus Dur. Orang dalam cerita ayah itu memang agak keterlaluan.

Salah satu kiai yang menjadi panutan saya adalah Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau yang lebih kita kenal dengan Gus Dur. Beliau memang memiliki banyak cerita yang terkadang tidak bisa kita pahami secara langsung maknanya, namun kini setelah beliau tiada, baru banyak orang yang paham dan bisa membuktikan apa yang Gus Dur katakan.

Sebelum meninggal, Gus Dur telah berbicara tentang banyak hal, tentang negara, tentang agama dan lain-lain, dan anehnya banyak dari apa yang ia katakan benar benar bisa terjadi. Seolah Gus Dur bisa meramal masa depan, jangan dulu menyebut bahwa ini  khurafat atau takhayul. Dalam istilah intelek meramal sama dengan forecasting. Biasanya ini digunakan dalam proyeksi keuangan dan sebagainya.

Apa saja ramalan Gus Dur tentang bangsa kita yang kini terwujud?

Makam Gus Dur dan juga makam kiai Tebu Ireng lainya berada di Jombang, Jawa Timur. Beliau dimakamkan di tempat ini pada tanggal 30 Desember 2009. Tidak hanya Gus Dur tetapi juga sesepuh pondok Tebu ireng lainnya juga dimakamkan di sini kakek nenek Gus Dur, ayah ibu serta para dzuriyah dan juga pengurus pesantren tebu ireng lainnya. Makam ini sudah ramai sejak dulu, tidak mengherankan, karena banyak tokoh dan pahlawan nasional dimakamkan di sini.

Kiai Hasyim Asyari misalnya, beliau adalah kakek Gus Dur. Beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang juga mengambil bagian dalam pendirian ormas besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Kiai Wahid Hasyim, ayah Gus Dur juga merupakan tokoh nasional, menteri agama pertama Republik Indonesia.

Di makam Gus Dur terdapat tulisan "Disini berbaring seorang pejuang kemanusiaan" tidak hanya ditulis dalam bahasa Indonesia tetapi juga tulisan Arab, bahasa Inggris dan Cina. Jadi meski sudah meninggal, perjuangan Gus Dur untuk kemaslahatan umat manusia seperti tidak ada habisnya.

Banyak pedagang kaki lima yang bisa berjualan di depan makam untuk mencari nafkah, dan banyak pula sumbangan dari peziarah yang juga dimanfaatkan untuk kegiatan sosial seperti pendidikan, santunan kesehatan atau sumbangan untuk korban bencana alam.

Apa saja yang pernah dilakukan Gus Dur semasa hidupnya sehingga sebanyak itu orang yang mendoakannya? Pemikiran apa yang bisa kita lanjutkan? Dan ramalan apa yang dikatakan Gus Dur yang sekarang benar-benar terjadi?

Meramal Lengsernya Soeharto

Saat Gus Dur masih muda, beliau termasuk pemuda yang kritis dan berani terhadap orde baru. Pada tahun 1982, Gus Dur terang-terangan menjadi juru kampanye PPP, alasan sederhananya, yaitu agar Golkar ada lawannya. Akibat aksi tersebut, Gus Dur pernah ditangkap polisi hingga delapan kali. Namun karena jaringan pertemanan yang luas, termasuk kenal dengan Benny Moerdani, ia bisa bebas.

Pada tahun 1983, Gus Dur mengundurkan diri dari PPP dan mulai fokus di NU. Gagasan Gus Dur untuk menyelesaikan masalah sosial melalui NU membuatnya menjadi populer di kalangan NU. NU harus kembali ke khittah NU pada tahun 1926. Pada tahun 1984, Gus Dur terpilih sebagai ketua PBNU untuk pertama kalinya. Dan pada tahun sebelumnya, Pak Harto juga baru saja terpilih kembali sebagai presiden Indonesia untuk masa jabatan ke-4, yang memilih MPR, partainya Golkar.

Saat itu gus dur dianggap kooperatif terhadap pemerintah. Hal karena ada kaitannya dengan Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada tahun 1983. Dalam munas tersebut, Gus Dur dan para kyai sepuh dapat menerima pancasila sebagai asas tunggal yang tidak bertentangan dengan Islam. Singkatnya pancasila adalah aturan untuk ranah dunia atau ideologi, sedangkan Islam adalah aturan untuk ranah dunia dan akhirat, atau agama, jadi tidak bertentangan.

Deklarasi di Situbondo ini dinilai sesuai dengan kebijakan Soeharto yang ingin menjadikan pancasila sebagai asas tunggal di Indonesia. Namun hubungan itu mulai renggang ketika Gus Dur berani mengkritik kebijakan proyek waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Sikap Gus Dur yang tidak dapat dikendalikan oleh orde baru itu membuat Pak Harto ikut campur dalam Muktamar NU ke-27 di Jogja tahun 1989.

Orde baru menginginkan agar Gus Dur tidak jadi ketua lagi, namun atas kehendak Tuhan, Gus Dur terpilih kembali sebagai ketua PBNU untuk masa jabatan dari 1989 hingga 1994. Karena gagal mendapatkan pengaruh di NU, Soeharto yang masih membutuhkan suara umat Islam mendukung pendirian ICMI atau Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia yang dipimpin oleh Pak Habibie pada tahun 1990. Banyak intelektual Islam yang mengajak Gus Dur bergabung, namun saat itu ia enggan, karena menurutnya ICMI bisa menjadikan umat Islam terlalu banyak organisasi dan itu bisa mengubah mereka menjadi sektarian.

Selain itu, menurut Gus Dur ICMI juga dinilai mampu memperkuat posisi Soeharto. Tidak ikut ICMI Gus Dur malah mendirikan Forum Demokrasi yang beranggotakan 45 intelektual dari berbagai komunitas agama dan sosial. Tujuan forum ini adalah untuk melaksanakan demokrasi di Indonesia, dimana saat itu Pak Harto dan para menterinya sedang membanggakan pelaksanaan demokrasi semu di Indonesia yang mereka sebut sudah bulat atau sempurna.

Lha kok Gus Dur malah mendirikan forum Demokrasi, itu kan seperti mengejek mereka. Hal ini membuat Soeharto ingin menjauhkan Gus Dur dari NU, Pak Harto kesal dan tidak mengizinkan organisasi ini membuat acara peringatan hari lahir ke 66 di jakarta. Semua bus yang mau ke Jakarta diminta putar balik. Berbagai isu digelontorkan untuk menjauhkan gus dur dari NU.

Puncaknya pada 1994 ketika NU menggelar Muktamar di Cipasung. Soeharto pun turut intervensi dalam acara tersebut dan menjadikan acara ini sebagai muktamar NU terpanas dan paling menegangkan. Di luar gedung dijaga oleh Angkatan Bersenjata dan di dalam dijaga oleh intel. Namun atas kehendak Tuhan, lagi-lagi Gus Dur terpilih kembali sebagai ketua.

Gus Dur pernah memperingatkan Soeharto, seperti yang ditulis Adam Schwarz dalam bukunya "A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability." Kalimatnya begini, "That is the stupidity of Soeharto that he did not follow my advice."

Yang arti terjemahannya adalah, "Itulah kebodohan Soeharto yang tidak mengikuti nasihat saya." Kata-kata Gus Dur saat itu tidak menyadarkan Pak Harto, tapi justru membuatnya semakin mengincar Gus Dur.

Pada tahun 1996, Gus Dur dekat dengan Bu Megawati. Gus Dur memberitahu Megawati agar lebih berhati-hati karena Soeharto sedang galak galaknya. Tapi Bu Mega saat itu memang pemberani. Benar saja, pada Juli 1996, Megawati kehilangan kantor dan partainya, kalah dari Soerjadi yang didukung pemerintah. Sejarah inilah yang juga melahirkan PDI Perjuangan seperti yang kita kenal sekarang ini. Dulu namanya hanya PDI saja, dan logonya juga berbeda.

Tahun 1997 merupakan tahun di mana pemilihan umum ke-6 diadakan kembali di Indonesia dan mudah ditebak, bahwa presiden terpilih tidak tidak lain yaitu Soeharto, sedangkan partai politik pemenang juga Golkar lagi.

Tentara saat itu masih di parlemen dan menguasai 100 dari 500 kursi yang tersedia. Saat itu, Pak Harto masih tidak menyangka bahwa tahun depan akan menjadi tahun kejatuhannya dari tahta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi sepertinya Gus Dur bisa membaca kondisi zaman, pada November 1997 saat orde baru masih dikawal kekuatan besar, Gus Dur sudah memprediksi, sebentar lagi Soeharto akan turun

ramalan Gus Dur tentang mundurnya Pak Harto juga disampaikan kepada Kiai Bukhori Masruri.Kiai dari Semarang yang juga pencipta lagu hits "Perdamaian"

"Sebelas bulan sebelum Pak Harto jatuh, Saya, Gus Dur, Mustafa Zuhad, Pak Toham, pengurus NU Yogyakarta di kamar kami mengobrol masalah sekjen departemen agama yang begini begini begini. Gus Dur memberitahu kami, sudahlah tidak usah membahas itu. Pak Harto itu sebentar lagi jatuh. Saya heran Bagaimana bisa Pak Harto bisa jatuh padahal waktu itu Pak Harto baru saja diangkat jadi jenderal berbintang lima. Artinya, kekuatan ABRI mendukung Pak Harto. Kekuatan seorang Presiden mesti didukung oleh kekuatan angkatan bersenjata didukung oleh kekuatan politik, didukung oleh pemegang kekuasaan ekonomi, didukung oleh pemegang opini rakyat."

Walaupun punya kisah yang tidak mengenakkan dengan Soeharto, namun Gus Dur lah yang sering menjenguk Soeharto saat hari raya dan saat sakit. Saat Soeharto meninggal, Gus Dur bahkan menjadi satu-satunya mantan presiden yang melayat Soeharto.

"Pak Harto itu orang pintar lho, jasanya bagi bangsa ini besar sekali, walaupun dosanya juga besar."

Semar Dadi Ratu

Setelah Pak Harto mengundurkan diri, Pak Habibi naik menjadi presiden menggantikan Pak Harto. Arus kebebasan berdemokrasi saat itu terasa sekali. Aturan yang dulu hanya tiga parpol yakni PPP, Golkar dan PDI direformasi boleh menjadi banyak. Maka banyak bermunculan partai baru, Amien Rais mendirikan PAN, Megawati memprakarsai PDI Perjuangan dan Gus Dur mempelopori PKB.

Karena ketika itu memang lagi musim pendirian Partai. Banyak warga NU yang ingin menjadikan NU untuk menyalurkan aspirasi politiknya, dan jelas hal itu tidak disetujui oleh Gus Dur. Maka pada 23 Juli 1998, Gus Dur dan para kiai lainnya merasa perlu membuat wadah baru berupa partai kebangkitan bangsa untuk memisahkan antara organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan.

Gus Dur sebagai Dewan Penasehat, Matori Abdul Jalil sebagai ketua. Bukan hanya untuk umat Islam atau warga NU tapi siapa saja bisa berpartisipasi. Pada tanggal 10-13 November 1998, Indonesia mengalami fase sejarah yang disebut Sidang Istimewa MPR, ini merupakan sidang istimewa kedua dalam sejarah Indonesia setelah Sidang Istimewa MPRS tahun 1967.

Sidang Istimewa 1998 memutuskan untuk mengadakan Pemilu 1999. Kondisi Indonesia saat masih belum stabil, banyak teror dan pelanggaran HAM seperti Tragedi Semanggi dan juga fenomena ninja di daerah-daerah kantong NU. Pada tanggal 7 Juni 1999 Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu legislatif dengan sistem perwakilan berimbang berdasarkan asas Luber Jurdil (langsung, umum, bebas, jujur dan adil).

Banyak partai politik yang berpartisipasi dalam pemilihan ini, jumlahnya 48 partai. Dari 48 partai peserta yang memperoleh suara terbanyak adalah PDIP, Partai Golkar, PKB, PPP dan PAN. Dari partai tersebut otomatis tokoh yang memiliki posisi tawar adalah Megawati, Akbar Tanjung, Gus Dur, Hamzah Haz dan Amien Rais. Setelah pemilihan, pada 14 Oktober 1999 MPR mengadakan Sidang Istimewa lagi untuk meminta laporan pertanggungjawaban Presiden Habibie.

Pada tanggal 20 Oktober 1999 laporan pertanggungjawaban Pak Habibie ditolak oleh MPR. Pak Habibie mengundurkan diri dan tidak ikut pencalonan presiden lagi, pengabdiannya selesai. Karena Pak Habibie tidak ikut dalam bursa capres, maka dari sekian banyak tokoh yang ada, hanya ada dua calon kuat yang dianggap berpeluang menggantikan Pak Habibie, yaitu Gus Dur yang didukung oleh poros tengah plus partai Golkar dan Bu Megawati yang didukung PDIP.

Jadi poros tengah itu dipimpin oleh Amien Rais, Gus Dur memang suka bercanda dan guyon, ini ciri khas orang jenius,selera humornya tinggi. Ucapan spontan dari Gus Dur waktu itu hanya dianggap lelucon, tapi perkataan itu kadang ada benarnya dan benar terjadi. Termasuk ucapan tentang dia yang akan jadi presiden ke-4 Indonesia.

Kesaksian ini disampaikan oleh Bapak Luhut Binsar Panjaitan pada saat haul Gus Dur keenam di Jakarta. Pada saat bulan puasa tahun 1999, 15 menit sebelum waktu buka puasa, Pak Luhut bertemu dengan Gus Dur, mungkin sekalian pamitan akan pergi ke Singapura karena ditugaskan oleh Pak Habibie sebagai duta besar.

Pak Luhut sebenarnya tidak suka dengan jabatan ini namun seorang perwira harus mematuhi perintah presiden. Waktu itu Gus Dur berkata, "Enggak usah pergi, sebentar lagi Pak Habibie akan turun dan saya yang akan jadi presiden. Anda nanti mungkin akan jadi KSAD atau menteri lah."

Pak Luhut menganggap itu lelucon dan tetap berangkat ke Singapura, dan disana saat namanya Gus Dur masuk calon presiden pada pemilu 1999, Pak Luhut kaget. Lho kok bisa. Mengapa benar-benar terjadi, akhirnya seperti yang kita ketahui bersama, Gus Dur dilantik sebagai presiden ke- 4.

Melalui voting di MPR Gus Dur mendapatkan 373 suara Sedangkan Megawati mendapatkan 313 suara dan abstain 5 suara. Dengan demikian Presiden Republik Indonesia masa bakti 1999 -- 2004 adalah yang terhormat, saudara Abdurrahman Wahid

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, sholatullah salamullah!"

Takbir dan sholawat bergema dimana-mana. Seperti tahu waktunya tidak lama Setelah menjadi presiden, Gus Dur langsung bergegas menata apa yang perlu ditata.

Bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun