Mohon tunggu...
Ala AnnajibAsyatibi
Ala AnnajibAsyatibi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Pendosa handal dan penggemar cilok perempatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramalan Gus Dur Terbukti Nyata? (1983-1998)

13 Mei 2023   08:22 Diperbarui: 13 Mei 2023   08:24 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: indozone.id

Sidang Istimewa 1998 memutuskan untuk mengadakan Pemilu 1999. Kondisi Indonesia saat masih belum stabil, banyak teror dan pelanggaran HAM seperti Tragedi Semanggi dan juga fenomena ninja di daerah-daerah kantong NU. Pada tanggal 7 Juni 1999 Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu legislatif dengan sistem perwakilan berimbang berdasarkan asas Luber Jurdil (langsung, umum, bebas, jujur dan adil).

Banyak partai politik yang berpartisipasi dalam pemilihan ini, jumlahnya 48 partai. Dari 48 partai peserta yang memperoleh suara terbanyak adalah PDIP, Partai Golkar, PKB, PPP dan PAN. Dari partai tersebut otomatis tokoh yang memiliki posisi tawar adalah Megawati, Akbar Tanjung, Gus Dur, Hamzah Haz dan Amien Rais. Setelah pemilihan, pada 14 Oktober 1999 MPR mengadakan Sidang Istimewa lagi untuk meminta laporan pertanggungjawaban Presiden Habibie.

Pada tanggal 20 Oktober 1999 laporan pertanggungjawaban Pak Habibie ditolak oleh MPR. Pak Habibie mengundurkan diri dan tidak ikut pencalonan presiden lagi, pengabdiannya selesai. Karena Pak Habibie tidak ikut dalam bursa capres, maka dari sekian banyak tokoh yang ada, hanya ada dua calon kuat yang dianggap berpeluang menggantikan Pak Habibie, yaitu Gus Dur yang didukung oleh poros tengah plus partai Golkar dan Bu Megawati yang didukung PDIP.

Jadi poros tengah itu dipimpin oleh Amien Rais, Gus Dur memang suka bercanda dan guyon, ini ciri khas orang jenius,selera humornya tinggi. Ucapan spontan dari Gus Dur waktu itu hanya dianggap lelucon, tapi perkataan itu kadang ada benarnya dan benar terjadi. Termasuk ucapan tentang dia yang akan jadi presiden ke-4 Indonesia.

Kesaksian ini disampaikan oleh Bapak Luhut Binsar Panjaitan pada saat haul Gus Dur keenam di Jakarta. Pada saat bulan puasa tahun 1999, 15 menit sebelum waktu buka puasa, Pak Luhut bertemu dengan Gus Dur, mungkin sekalian pamitan akan pergi ke Singapura karena ditugaskan oleh Pak Habibie sebagai duta besar.

Pak Luhut sebenarnya tidak suka dengan jabatan ini namun seorang perwira harus mematuhi perintah presiden. Waktu itu Gus Dur berkata, "Enggak usah pergi, sebentar lagi Pak Habibie akan turun dan saya yang akan jadi presiden. Anda nanti mungkin akan jadi KSAD atau menteri lah."

Pak Luhut menganggap itu lelucon dan tetap berangkat ke Singapura, dan disana saat namanya Gus Dur masuk calon presiden pada pemilu 1999, Pak Luhut kaget. Lho kok bisa. Mengapa benar-benar terjadi, akhirnya seperti yang kita ketahui bersama, Gus Dur dilantik sebagai presiden ke- 4.

Melalui voting di MPR Gus Dur mendapatkan 373 suara Sedangkan Megawati mendapatkan 313 suara dan abstain 5 suara. Dengan demikian Presiden Republik Indonesia masa bakti 1999 -- 2004 adalah yang terhormat, saudara Abdurrahman Wahid

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, sholatullah salamullah!"

Takbir dan sholawat bergema dimana-mana. Seperti tahu waktunya tidak lama Setelah menjadi presiden, Gus Dur langsung bergegas menata apa yang perlu ditata.

Bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun