Mohon tunggu...
Ala AnnajibAsyatibi
Ala AnnajibAsyatibi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Pendosa handal dan penggemar cilok perempatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramalan Gus Dur Terbukti Nyata? (1983-1998)

13 Mei 2023   08:22 Diperbarui: 13 Mei 2023   08:24 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: indozone.id

Meramal Lengsernya Soeharto

Saat Gus Dur masih muda, beliau termasuk pemuda yang kritis dan berani terhadap orde baru. Pada tahun 1982, Gus Dur terang-terangan menjadi juru kampanye PPP, alasan sederhananya, yaitu agar Golkar ada lawannya. Akibat aksi tersebut, Gus Dur pernah ditangkap polisi hingga delapan kali. Namun karena jaringan pertemanan yang luas, termasuk kenal dengan Benny Moerdani, ia bisa bebas.

Pada tahun 1983, Gus Dur mengundurkan diri dari PPP dan mulai fokus di NU. Gagasan Gus Dur untuk menyelesaikan masalah sosial melalui NU membuatnya menjadi populer di kalangan NU. NU harus kembali ke khittah NU pada tahun 1926. Pada tahun 1984, Gus Dur terpilih sebagai ketua PBNU untuk pertama kalinya. Dan pada tahun sebelumnya, Pak Harto juga baru saja terpilih kembali sebagai presiden Indonesia untuk masa jabatan ke-4, yang memilih MPR, partainya Golkar.

Saat itu gus dur dianggap kooperatif terhadap pemerintah. Hal karena ada kaitannya dengan Munas Alim Ulama NU di Situbondo pada tahun 1983. Dalam munas tersebut, Gus Dur dan para kyai sepuh dapat menerima pancasila sebagai asas tunggal yang tidak bertentangan dengan Islam. Singkatnya pancasila adalah aturan untuk ranah dunia atau ideologi, sedangkan Islam adalah aturan untuk ranah dunia dan akhirat, atau agama, jadi tidak bertentangan.

Deklarasi di Situbondo ini dinilai sesuai dengan kebijakan Soeharto yang ingin menjadikan pancasila sebagai asas tunggal di Indonesia. Namun hubungan itu mulai renggang ketika Gus Dur berani mengkritik kebijakan proyek waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Sikap Gus Dur yang tidak dapat dikendalikan oleh orde baru itu membuat Pak Harto ikut campur dalam Muktamar NU ke-27 di Jogja tahun 1989.

Orde baru menginginkan agar Gus Dur tidak jadi ketua lagi, namun atas kehendak Tuhan, Gus Dur terpilih kembali sebagai ketua PBNU untuk masa jabatan dari 1989 hingga 1994. Karena gagal mendapatkan pengaruh di NU, Soeharto yang masih membutuhkan suara umat Islam mendukung pendirian ICMI atau Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia yang dipimpin oleh Pak Habibie pada tahun 1990. Banyak intelektual Islam yang mengajak Gus Dur bergabung, namun saat itu ia enggan, karena menurutnya ICMI bisa menjadikan umat Islam terlalu banyak organisasi dan itu bisa mengubah mereka menjadi sektarian.

Selain itu, menurut Gus Dur ICMI juga dinilai mampu memperkuat posisi Soeharto. Tidak ikut ICMI Gus Dur malah mendirikan Forum Demokrasi yang beranggotakan 45 intelektual dari berbagai komunitas agama dan sosial. Tujuan forum ini adalah untuk melaksanakan demokrasi di Indonesia, dimana saat itu Pak Harto dan para menterinya sedang membanggakan pelaksanaan demokrasi semu di Indonesia yang mereka sebut sudah bulat atau sempurna.

Lha kok Gus Dur malah mendirikan forum Demokrasi, itu kan seperti mengejek mereka. Hal ini membuat Soeharto ingin menjauhkan Gus Dur dari NU, Pak Harto kesal dan tidak mengizinkan organisasi ini membuat acara peringatan hari lahir ke 66 di jakarta. Semua bus yang mau ke Jakarta diminta putar balik. Berbagai isu digelontorkan untuk menjauhkan gus dur dari NU.

Puncaknya pada 1994 ketika NU menggelar Muktamar di Cipasung. Soeharto pun turut intervensi dalam acara tersebut dan menjadikan acara ini sebagai muktamar NU terpanas dan paling menegangkan. Di luar gedung dijaga oleh Angkatan Bersenjata dan di dalam dijaga oleh intel. Namun atas kehendak Tuhan, lagi-lagi Gus Dur terpilih kembali sebagai ketua.

Gus Dur pernah memperingatkan Soeharto, seperti yang ditulis Adam Schwarz dalam bukunya "A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability." Kalimatnya begini, "That is the stupidity of Soeharto that he did not follow my advice."

Yang arti terjemahannya adalah, "Itulah kebodohan Soeharto yang tidak mengikuti nasihat saya." Kata-kata Gus Dur saat itu tidak menyadarkan Pak Harto, tapi justru membuatnya semakin mengincar Gus Dur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun